Eropa Siap Jatuhkan Sanksi Energi Meski 40% Gas Diimpor dari Rusia
Uni Eropa menyatakan masih mempertimbangkan sanksi yang akan dijatuhkan terhadap Rusia jika negara tersebut melancarkan rencananya untuk menyerang Ukraina. Termasuk sanksi di sektor energi, meski kawasan ini mengimpor 40% kebutuhan gasnya dari Rusia.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan bahwa sanksi energi terhadap Rusia masih menjadi pilihan jika negara itu menginvasi Ukraina. Dia menegaskan bahwa Uni Eropa siap menjatuhkan sanksi tersebut terhadap Gazprom, perusahaan energi Rusia yang memasok gas kawasan ini.
“Semua opsi ada di atas meja. Sekarang kami memiliki jumlah pengiriman energi tertinggi (dari tempat lain) pada Januari. Dan kami tahu sekarang bahwa jika Rusia menjadikan gas sebagai senjata, kami dapat melewati musim dingin ini tanpa gas mereka,” kata von der Leyen, dikutip CNBC.com, Sabtu (19/2).
Dia menambahkan bahwa Uni Eropa telah mendapatkan pemasok alternatif, salah satunya yaitu dari Amerika Serikat. Eropa mengimpor sekitar 40% pasokan gasnya dari Gazprom, yang digambarkan von der Leyen sebagai “ketergantungan yang tidak berkelanjutan”.
Namun Perdana Menteri Italia Mario Draghi mendesak pemimpin kawasan tersebut untuk mengeluarkan sektor energi dari sanksi yang akan dijatuhkan terhadap Rusia. Pasalnya, 90% pasokan gas negaranya bersumber dari impor dengan Rusia sebagai pemasok terbesar.
Von der Leyen menegaskan bahwa sangat penting untuk tidak mengesampingkan opsi apapun. Dengan dua pertiga dari ekspor energi Rusia mengalir ke Eropa, dan ini menyumbang sejumlah besar anggaran Rusia.
Oleh karena itu dia berpendapat strategi memutus aliran gas ke Eropa bukan langkah yang cerdas bagi Rusia. Von der Leyen juga meyakinkan Draghi bahwa Eropa akan mengimpor gas dari pemasok lain, sehingga Italia tak perlu khawatir kekurangan gas.
“Kita semua ingin diplomasi menang, tapi kita harus bersiap untuk yang terburuk,” ujarnya terkait ancaman invasi Rusia ke Ukraina.
Sebelumnya Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan bahwa ia meyakini Presiden Rusia Vladimir Putin telah memutuskan untuk melancarkan serangan ke Ukraina dalam beberapa hari atau minggu mendatang.