Joe Biden Yakin Rusia akan Menyerang Ukraina Tak Lama Lagi
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan bahwa ia meyakini bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin telah memutuskan untuk menyerang Ukraina dalam beberapa minggu ke depan.
“Kami memiliki alasan untuk percaya bahwa pasukan Rusia sedang merencanakan dan berniat untuk menyerang Ukraina. Pasukan Rusia saat ini telah mengepung Ukraina, dengan target serangan ke ibu kota Kyiv,” kata Biden di Gedung Putih, seperti dikutip Al Jazeera, Sabtu (19/2).
Biden menegaskan bahwa Amerika dan sekutunya siap untuk mempertahankan setiap inci wilayah NATO dari ancaman apapun terhadap keamanan kolektif. “Jika Rusia menjalankan rencananya, mereka akan bertanggung jawab atas bencana perang ini,” ujarnya.
Ketegangan atas penempatan pasukan Rusia di dekat perbatasan dengan Ukraina selama beberapa bulan terakhir telah memicu kekhawatiran akan potensi invasi Rusia ke Ukraina. Meski demikian, Kremlin, sebutan pemerintah Rusia, telah menegaskan tidak berencana untuk menyerang.
Bahkan Rusia merilis rekaman video yang menunjukkan penarikan pasukan dari perbatasan. Rusia meminta jaminan dari negara barat untuk tidak memasukkan Ukraina dan sejumlah negara pecahan Uni Soviet lainnya ke dalam NATO, dan agar NATO menarik pasukannya di Eropa Timur.
Biden dengan tegas menolak tuntutan tersebut. Kremlin kemudian mengancam akan mengambil langkah militer jika negara-negara barat terus menghalangi agendanya.
AS meragukan klaim Rusia yang telah menarik pasukannya. Sebab menurut citra satelit telah terjadi peningkatan jumlah pasukan Rusia menjadi 169.000-190.000 dari 100.000 pada akhir Januari. Termasuk armada helikopter, tank, kendaraan pengangkut personel lapis baja dan peralatan pendukung lainnya. Simak databoks berikut:
Rusia juga memiliki puluhan ribu tentara yang menggelar latihan militer di Belarusia, di utara Ukraina yang akan berakhir pada Minggu (20/2). Pemimpin Belarusia Alexander Lukashenko telah mengatakan kepada Putin yang secara pribadi mengawasi latihan tersebut, bahwa para tentara dapat tinggal selama yang diperlukan.
Kementerian pertahanan Rusia mengatakan latihan itu akan mencakup beberapa latihan peluncuran rudal balistik antarbenua dan rudal jelajah. Angkatan udara, unit distrik militer selatan, serta armada Laut Utara dan Laut Hitam akan terlibat dalam latihan nuklir besar-besaran.
Meski di tengah eskalasi Biden terus mendesak Moskow untuk memilih jalur diplomasi untuk mengurangi ketegangan. “Rusia masih bisa memilih diplomasi. Belum terlambat untuk menurunkan eskalasi dan kembali ke meja perundingan,” kata dia.
Sebelumnya pada Jumat (18/2), pejabat tinggi keamanan Ukraina Oleksiy Danilov menuding Rusia telah melakukan provokasi di Ukraina timur, terutama di wilayah Luhansk dan Donetsk, untuk memancing reaksi militer Ukraina. Dua daerah tersebut saat ini dikuasai kelompok separatis yang didukung pemerintah Rusia.
Danilov mengatakan Ukraina tidak memiliki rencana untuk merebut kembali wilayah yang dikuasai kelompok separatis tersebut secara paksa. Dia juga meragukan bahwa invasi Rusia berskala penuh ke Ukraina akan terjadi.
Namun para pemimpin kelompok separatis di dua wilayah tersebut telah menginstruksikan warga untuk mengungsi karena eskalasi konflik yang signifikan dapat memicu pertempuran sewaktu-waktu.
Kepala Republik Rakyat Luhansk (LPR) dan Republik Rakyat Donetsk (DPR) menuding Ukraina berencana menyerang kedua wilayah tersebut. Pemerintah Ukraina membantah tudingan ini.
Sebaliknya badan intelijen militer Ukraina mengatakan memiliki informasi bahwa pasukan khusus Rusia telah menanam bahan peledak di sejumlah fasilitas infrastruktur sosial di Donetsk yang dikuasai kelompok separatis.
“Langkah-langkah ini bertujuan untuk mengacaukan situasi di wilayah yang diduduki sementara di negara kita dan menciptakan alasan untuk menuduh Ukraina melakukan tindakan teroris,” kata Intelijen Pertahanan dari Dinas Keamanan Negara Ukraina di akun Twitter resminya.
Secara terpisah, AS dan Inggris juga menuding peretas militer Rusia berada di balik serentetan serangan penolakan layanan terdistribusi (DDoS) minggu ini yang secara singkat membuat situs perbankan dan pemerintah Ukraina offline. Rusia membantah terlibat dalam insiden tersebut.
“Rusia suka bergerak dalam bayang-bayang dan mengandalkan proses atribusi yang panjang,” Anne Neuberger, deputi AS lainnyal “Kami percaya pemerintah Rusia bertanggung jawab atas serangan yang meluas terhadap bank-bank Ukraina minggu ini.”