Eropa akan Subsidi Harga Energi yang Tinggi Imbas Perang Rusia Ukraina
Para menteri keuangan negara-negara Uni Eropa sepakat untuk memberikan subsidi kepada rumah tangga dan perusahaan untuk mengurangi beban harga energi yang tinggi imbas perang Rusia Ukraina.
“Perang di Ukraina mendorong kenaikan harga yang tinggi pada sejumlah komoditas terutama gas dan makanan. Ini membutuhkan respon yang terkoordinasi dari negara-negara Eropa,” kata Menteri Keuangan Prancis, Bruno le Maire, seperti dikutip dari Reuters pada Rabu (16/3).
Le Maire mengatakan bahwa keputusan tersebut diambil berdasarkan proposal Komisi Eropa (European Comission) untuk mengurangi pembatasan bantuan negara Uni Eropa untuk membantu menangani keadaan darurat di Ukraina.
Dia menjelaskan bahwa strategi subsidi energi ini didasarkan pada tiga aspek utama. Pertama, dukungan untuk semua rumah tangga yang terkena dampak kenaikan tajam harga bahan bakar.
“Ini kami lakukan di Prancis, dan banyak negara Eropa lainnya telah melakukan hal yang sama atau sedang mempertimbangkan untuk melakukannya. Semacam potongan harga di SPBU. Banyak orang harus ke tempat kerja dengan mobil, dukungan ini kami anggap perlu,” kata le Maire.
Kemudian langkah dukungan kedua adalah membantu perusahaan yang paling terpukul oleh kenaikan harga gas alam. Bantuan bisa berupa pinjaman yang dijamin pemerintah atau hibah untuk perusahaan yang mengkonsumsi banyak energi.
Sedangkan langkah ketiga yaitu mendiversifikasi sumber energi untuk menjadi independen dari Rusia yang merupakan pemasok energi terbesar kawasan ini dengan kontribusi 45% dari kebutuhan gas, lebih dari 25% minyak, dan sekitar 50% batu bara.
"Kami harus membangun kemandirian energi kami sesegera mungkin. Kami harus mempercepat investasi, harus mendiversifikasi sumber energi, harus mendiversifikasi sumber pasokan, dan harus membangun stok," kata le Maire.
Wakil Presiden Komisi Eropa Valdis Dombrovskis mengatakan negara-negara Uni Eropa dapat membiayai investasi tersebut dari pinjaman yang sangat murah yang tersedia di bawah dana pemulihan Uni Eropa yang masih belum dimanfaatkan.
"Masih ada € 200 miliar yang tersedia dalam bentuk pinjaman yang dapat diminta negara-negara anggota hingga Agustus 2023 untuk membiayai lebih banyak investasi dan reformasi," kata Dombrovskis.
Menurut dia, itu adalah jumlah yang sangat besar yang dapat digunakan untuk menjawab tantangan tertentu yang timbul dari konflik - misalnya, untuk mempercepat pengembangan energi terbarukan.