Perang Makin Sengit, Indonesia dan Banyak Negara Eksodus dari Sudan

Lenny Septiani
24 April 2023, 18:28
Perang militer dengan paramiliter di Khartoum, Sudan.
ANTARA FOTO/REUTERS/El Tayeb Siddig/FOC/dj
Perang militer dengan paramiliter di Khartoum, Sudan.

Rute Keluar Sudan Berisiko

Antrean panjang kendaraan dan bus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) terlihat meninggalkan Khartoum pada Minggu (23/4). Seorang pengungsi Sierra Leone mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa kendaraan PBB menuju ke timur yakni Port Sudan di Laut Merah dan membawa "warga negara dari seluruh dunia".

Diplomat Afrika Selatan Clayson Monyela mengatakan pertempuran yang sedang berlangsung membuat semua rute keluar dari Khartoum "berisiko dan berbahaya".

"Bandara tetap ditutup, pertempuran berlanjut," kata Clayson kepada BBC, dikutip oleh Katadata.co.id, Senin (24/4). "Inilah mengapa kami terus menyerukan gencatan senjata untuk memungkinkan jalan yang aman bagi mereka yang ingin keluar dan mengizinkan bantuan kemanusiaan."

Ada banyak permintaan bantuan dari banyak mahasiswa asing, khususnya dari Afrika, Asia dan Timur Tengah yang juga terjebak di Khartoum. Khartoum adalah sebuah kota berpenduduk sekitar enam juta orang.

Sebuah asosiasi mahasiswa Nigeria di Sudan meminta pemerintahnya untuk melakukan "misi penyelamatan segera". Ia mengatakan banyak mahasiswa telah memilih untuk melarikan diri.

Sedangkan kelompok pemantau internet NetBlocks mengatakan Sudan berada di tengah "pemadaman internet". Negara itu memiliki konektivitas pada 2% dari tingkat biasa, yang dapat secara serius menghambat koordinasi bantuan bagi mereka yang terjebak di Khartoum dan kota-kota lain.

Perebutan kekuasaan telah menyaksikan pemboman besar-besaran di ibu kota, dengan ratusan tewas dan ribuan lainnya terluka.

Penembakan dan pengeboman yang hampir terus-menerus di Khartoum dan tempat lainnya mengakibatkan aliran listrik dan akses yang aman ke makanan dan air bagi sebagian besar penduduk terputus.

Beberapa gencatan senjata yang tampaknya telah disetujui oleh kedua belah pihak diabaikan, termasuk jeda tiga hari untuk menandai hari raya Idul Fitri, yang dimulai pada hari Jumat.

Pada Minggu, AS mengumumkan tim tanggap bencana akan dikirim ke daerah itu untuk mengoordinasikan tanggapan kemanusiaan bagi yang membutuhkan. Baik di dalam maupun di luar Sudan.

Samantha Power dari Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) mengatakan tim tersebut akan bekerja di Kenya pada awalnya, dan memprioritaskan mendapatkan "bantuan kemanusiaan yang menyelamatkan jiwa bagi mereka yang paling membutuhkannya."

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pertempuran itu telah menewaskan lebih dari 400 orang dan melukai ribuan lainnya. Namun jumlah korban tewas diyakini jauh lebih tinggi karena orang berjuang untuk mendapatkan perawatan kesehatan, sementara sebagian besar rumah sakit kota terpaksa ditutup akibat pertempuran.

Bersamaan dengan Khartoum, wilayah barat Darfur di mana tempat RSF pertama kali muncul, juga terkena dampak buruk pertempuran.

Sementara itu, PBB telah memperingatkan bahwa hingga 20.000 orang yang kebanyakan wanita dan anak-anak, telah meninggalkan Sudan untuk mencari keselamatan di Chad, di seberang perbatasan dari Darfur.


Halaman:
Reporter: Lenny Septiani
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...