OECD Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global 2024 Turun Menjadi 2,7%
Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan atau Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) memprediksi ekonomi global dalam perlambatan moderat tahun depan.
Mengutip OECD Economic Outlook, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan tetap melemah hingga paruh pertama 2024, dan hanya mengalami sedikit perbaikan setelahnya. Pengetatan kebijakan moneter sejak awal 2022 semakin terlihat, dengan tingkat suku bunga riil yang tinggi ke depan masih meningkat di banyak negara, yang memperlambat pertumbuhan permintaan domestik.
"Pertumbuhan global pada 2023 diproyeksikan 2,9%, dan melemah menjadi 2,7% pada 2024, yang merupakan tingkat terendah sejak krisis keuangan global selain tahun pertama pandemi," tulis laporan OECD, dikutip Minggu (3/12). Ketika inflasi semakin mereda dan pendapatan riil menguat, perekonomian dunia diproyeksikan akan tumbuh 3% pada 2025.
Untuk beberapa negara serta kawasan, OECD memperkirakan pertumbuhan permintaan domestik akan melambat di Amerika Serikat (AS) hingga pertengahan 2024. Ini karena karena kondisi moneter dan keuangan yang lebih ketat, dengan pertumbuhan lapangan kerja yang lebih lambat dan sedikit peningkatan pengangguran.
Kebijakan moneter diperkirakan akan longgar mulai paruh kedua tahun depan, karena inflasi yang terus menurun dan diproyeksikan membantu memperkuat pertumbuhan permintaan domestik pada 2025. Lalu, pertumbuhan PDB riil AS tahun depan diperkirakan akan melambat menjadi 1,5%, sebelum kembali naik menjadi 1,7% pada 2025.
Sementara, di zona Eropa pertumbuhan ekonomi yang terpengaruh guncangan harga energi 2022 lalu, dan perang Rusia-Ukraina, diperkirakan akan tetap lemah dalam waktu dekat. Namun, OECD memprediksi kondisi akan membaik secara bertahap, seiring dengan menurunnya inflasi, dan pelonggaran kebijakan moneter.
"Pertumbuhan PDB tahunan di zona Eropa diproyeksikan meningkat dari 0,6% tahun ini, menjadi 0,9% pada 2024 dan 1,5% pada 2025," tulis laporan OECD.
Adapun, beberapa negara dengan perekonomian besar di Asia diproyeksikan memiliki profil pertumbuhan yang agak berbeda pada tahun 2024-2025. Pertumbuhan ekonomi Jepang diperkirakan meningkat menjadi 1,7% pada 2023 sebelum melambat menjadi 1%, dan sedikit meningkat menjadi 1,2% pada 2025.
India, yang relatif tidak terpengaruh oleh lonjakan harga energi pada 2022 dan pengetatan moneter negara-negara maju selama dua tahun terakhir, diperkirakan akan tumbuh signifikan selama dua tahun mendatang.
Pertumbuhan PDB riil diproyeksikan sebesar 6,3% pada 2024 dan 6,1% pada 2025, yang didorong peningkatan ekspor jasa dan investasi publik. Inflasi juga diperkirakan akan menurun secara progresif sehingga mendukung daya beli.
Pertumbuhan PDB juga diproyeksikan akan tetap tinggi di Indonesia, yakni sebesar 4,9% tahun ini dan 5,2% pada 2024 dan 2025, dengan membaiknya kondisi pasar tenaga kerja dan kepercayaan yang mendukung belanja konsumen.
Sementara, Cina sebagai negara dengan perkeonomian terbesar di Asia, diproyeksikan mengalami perlambatan ekonomi pada 2024 dan 2025. Tahun ini, pertumbuhan PDB 'Negeri Tirai Bambu' ini diperkirakan meningkat menjadi 5,2%. Namun, tahun depan pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan melambat menjadi 4,7%, dan 4,2% pada 2025.