Mengenal Islam Melalui Ragam Wisata Religi Cirebon

Image title
13 Agustus 2021, 11:45
Masjid Agung Sang Cipta Rasa merupakan salah satu tempat wisata religi Cirebon.
wikipedia
Masjid Agung Sang Cipta Rasa merupakan salah satu tempat wisata religi Cirebon.

Salah satunya adalah Tajug Agung yang kini berubah nama menjadi Masjid Raya At-Taqwa Cirebon. R. M. Arhatha, yang dulu menjabat sebagai kepala Koordinator Urusan Agama Kota Cirebon mempunyai gagasan untuk merenovasi Tajug Agung menjadi Masjid At-Taqwa.

Pada waktu itu, sudah ada Masjid Agung Sang Cipta Rasa sehingga Tajug Agung tidak dibenarkan memiliki nama yang sama pada dua masjid berbeda yang letaknya masih dalam satu kota.

Akhirnya pada tahun 1951 terwujudlah bangunan masjid baru yang diresmikan menjadi Masjid Raya At-Taqwa tahun 1963. Masjid ini memiliki ciri khas gaya arsitektur Islam Jawa dengan atap jurai dan dilengkapi dengan empat menara kecil dan menara utama setinggi 65 meter.

Prasasti warna emas dengan kaligrafi syahadat dua kalimat mendominasi fasad dapat ditemukan dalam masjid ini. Prasasti tersebut terbuat dari semen yang diperkuat dengan kaca di atas granit asli dari Brasil. Prasasti tersebut dibingkai berwarna putih sehingga semakin menonjolkan warna emas gerbang.

Terdapat enam tiang lampu taman yang menghiasi pintu masuk gerbang. Seluruh lantai dan dinding masjid menggunakan batu granit, begitu juga dengan tiang-tiang yang ada di dalam masjid.

Tiang-tiangnya dihiasi dengan ornamen arsitektur Islam. Berbeda dengan bangunan lain, dindingnya tidak dilengkapi jendela berlapis kaca. Jendela-jendela besar dibiarkan terbuka agar udara masuk dan keluar masjid dengan lancar.

Keteduhan Masjid Raya At-Taqwa semakin terasa saat di luar masjid terdapat 10 pohon kurma di halaman samping yang dekat dengan jalan, serta dilengkapi dengan dua air mancur di kedua sisinya.

4. Makam Sunan Gunung Jati

Sunan Gunung Jati adalah salah satu anggota Wali Songo, atau sembilan wali Islam yang dihormati di Indonesia. Ia mendirikan Kesultanan Banten, serta Kesultanan Cirebon di pantai utara Jawa.

Sunan Gunung Jati terlahir dengan nama Syarif Hidayatullah pada tahun 1448 M, Ia merupakan anak dari perkawinan dinasti antara Syarif Abdullah Maulana Huda, seorang Mesir keturunan Hasyim, dan Nyai Rara Santang, putri Prabu Siliwangi, Raja Sunda (Pajajaran).

Dengan demikian, Sunan Gunung Jati dapat mengklaim keturunan di pihak ayah, dari nabi Islam Muhammad, dan di pihak ibu, seorang Dewaraja Hindu dari Kerajaan Sunda.

Beberapa sumber mengatakan bahwa Sunan Gunung Jati lahir di Pasai, salah satu pusat Islam paling awal di Asia Tenggara. Sementara sumber lain mengatakan bahwa ia lahir di Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda.

Sunan Gunung Djati dikabarkan menikah dengan saudara perempuan Trenggono, yaitu Sultan Demak, dan pernah memimpin ekspedisi militer Demak melawan Sunda dengan julukan Fatahillah. Dia mengalahkan Portugis di pangkalan Sunda Kelapa dan memberi nama menjadi Jayakarta pada tahun 1527. Sampai hari ini, kemenangannya atas Portugis diperingati sebagai hari jadi resmi berdirinya Jakarta.

Pada masa pemerintahan Sunan Gunung Djati, Cirebon dikenal juga sebagai Jalur Sutra. Ini karena ada Pelabuhan Muara Jati yang berada di lalu lintas utama kawasan tersebut telah menjadi arena perdagangan internasional.

Pelabuhan tersebut adalah jalur utama transportasi yang menghubungkan Cirebon dengan wilayah-wilayah lain. Kota ini pun menjadi sibuk dan ramai karena menjadi tempat persinggahan bagi setiap budaya, gerakan, dan pemikiran yang melintasi kawasan tersebut.

Oleh sebab itu, Sunan Gunung Jati meneruskan pendahulunya, mengembangkan pusat Kesultanan Islam Cirebon yang berada di Keraton Pakungwati. Dalam keraton tersebutlah Sunan Gunung Jati mulai membangun dan mengembangkan Kesultanan Cirebon sampai dengan pengunduran dirinya hingga wafat.

Para ziarah Makam Sunan Gunung Jati hanya boleh berkunjung hingga bata depan pintu serambi. Pada waktu-waktu tertentu dibuka  selama beberapa menit dan dijaga jika ada yang memaksa masuk saat ramai pengunjung. Dari pintu yang diberi nama “Selamat Tangkep” tersebut, terlihat  puluhan  tangga dan beberapa pintu lagi menuju Makam Sunan Gunung Jati.

Untuk peziarah penganut tradisi Tionghoa, disediakan ruangan khusus pada bagian barat serambi muka tersebut yang bertujuan agar peziarah tidak merasa saling terganggu karena cara ziarah yang berlainan. Alasan lain karena posisi makan Nyi Ong Tien berada disebelah Barat makam Sunan Gunung Jati (suaminya) dan beberapa makam keluarga serta kerabat Keraton yang berada dalam satu cungkup bangunan.

Sebanyak tiga kali seminggu, makam-makam tersebut dibersihkan dan diperbarui dengan rangkaian bunga yang segar oleh juru kunci yang bertugas setiap hari senin, kamis dan hari jumat.

Pada hari Senin dan Kamis, juru kunci masuk dari pintu dapur pesambangan pada pagi hari. Sedangkan pada Jumat petugas masuk melalui pintu serambi muka tempat peziarah di siang hari. Karena itu, secara rutin pintu “Selamat Tangkep” yang memperlihatkan cungkup Makam Sunan Gunung Jati dibuka setiap Jumat atau setiap acara penggantian petugas pada sore hari setiap setengah bulan.

Demikian tempat-tempat wisata religi Cirebon yang dapat Anda kunjungi untuk menenangkan hati atau mengenang sejarah peradaban islam di Kota Cirebon.

Halaman:
Editor: Redaksi
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...