Hiitungan Keuntungan Korporasi di Balik Investasi Ramah Lingkungan

Dimas Jarot Bayu
29 Februari 2020, 06:05
investasi hijau, korporasi, lingkungan
Katadata
Petani kakao Papua. Pemerintah telah memulai program investasi hijau yang dimulai di Papua dan Papua Barat, Kamis (27/2).

Keuntungan Buat Korporasi

Kendati demikian, Paul yakin perusahaan akan mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar dalam jangka panjang. Salah satunya berasal dari pengurangan biaya lingkungan dan sosial yang rutin dikeluarkan perusahaan jika melakukan bisnis seperti biasanya. 

Lebih lanjut, mantan CEO Unilever itu menyebut perusahaan akan diuntungkan karena faktor keberlanjutan kini menjadi tren internasional. Banyak perusahaan kelas dunia mensyaratkan produk mereka berasal dari proses yang memperhatikan lingkungan hidup serta sosial.

Melalui investasi hijau pula, perusahaan akan lebih cepat berinovasi. "Anda bisa mendapatkan keuntungan dengan sangat besar. Beberapa industri juga akan bertahan lebih lama dengan model yang berkelanjutan," kata Paul.

Keuntungan yang dirasakan melalui investasi hijau tak hanya dirasakan oleh korporasi. Paul mengatakan, investasi hijau dapat mencegah adanya kerusakan lingkungan, seperti deforestasi dan perubahan iklim.

Investasi ramah lingkungan juga dapat mendorong masyarakat menjadi lebih berdaya secara ekonomi. "Peluang untuk meningkatkan 60% dari pekerjaan di area rural, bahkan jumlahnya bisa lebih besar," kata pria asal Belanda ini.

(Baca: East Ventures Lirik Peluang Investasi pada Proyek Ramah Lingkungan)

Head of Olam Cocoa Indonesia Vijay Karunakaran mengatakan dirinya tertarik untuk masuk dalam investasi hijau lantaran program tersebut akan menguntungkan perusahaannya dalam jangka panjang. Vijay menilai produksi kakao di Indonesia akan semakin meningkat dengan program yang ramah lingkungan.

Peningkatan bahan baku coklat ini penting lantaran selama ini produksi kakao di Indonesia tak mencukupi kebutuhan industri. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, produksi kakao tahun lalu diperkirakan hanya mencapai 596.500 ton. Padahal, industri memerlukan sekitar 800 ribu ton kakao setiap tahunnya.

Alhasil, pihak industri termasuk Olam harus mengimpor sebanyak 250 ribu ton kakao untuk menutupi kekurangan tersebut. "Jadi apapun program di Indonesia untuk meningkatkan produksi, kami akan sangat mendukung," kata Vijay.

Pendiri PT Bumi Tangerang Mesindotama (BT Cocoa) Piter Jasman juga menyampaikan hal serupa. Menurut Piter, investasi hijau ini akan mampu mendorong produksi kakao di dalam negeri. Lebih lanjut, Indonesia bisa menghemat devisa negara karena tak perlu lagi mengimpor kakao.

"Selain itu ini akan mendorong lapangan pekerjaan. Boleh dikatakan 95% petani kakao itu perorangan. Ini keunggulan Indonesia," kata Piter.

Halaman:
Reporter: Dimas Jarot Bayu
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...