Sukanto Tanoto, Taipan di Balik Lahan Ibu Kota Baru

Sorta Tobing
19 September 2019, 18:05
profil sukanto tanoto, pemindahan ibu kota baru, lokasi ibu kota baru
tanotofoundation.org
Bappenas menyebut pemerintah akan mencabut status konsesi ITCI Hutani Manunggal di Penajam, Kalimantan Timur. ITCI merupakan salah satu perusahaan yang dimiliki oleh Sukanto Tanoto.

(Baca: Grup Sukanto Tanoto Akui Punya Perusahaan Cangkang di Suaka Pajak)

Melalui Royal Golden Eagle, bisnis Sukanto berkembang pesat ke berbagai bidang, seperti kayu lapis, kertas, bubur kertas, sawit, dan sumber daya alam. Asian Agri merupakan salah satu produsen minyak sawit terbesar di Asia.

Forbes mencatat, Sukanto juga memiliki Bracell Limited yang beroperasi di Brazil. Perusahaan ini merupakan produsen selulosa terbesar di dunia. Selulosa kerap dipakai sebagai bahan dasar berbagai macam produk, dari tisu bayi hingga es krim.

Namun, bisnisnya tak selalu berjalan mulus. Kasus penggelapan Asian Agri sempat membuat namanya tercemar. Kasus ini bermula dari adanya laporan penghindaran pembayaran pajak oleh 14 perusahaan di bawah Asian Agri Group kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 2006.

KPK kemudian melimpahkan bukti permulaan kepada Menteri Keuangan yang lalu diserahkan ke Direktorat Jenderal Pajak pada Januari 2007. Ditjen Pajak lalu memulai proses penyidikan dengan memeriksa buku laporan keuangan 2002-2005 yang menyangkut 14 perusahaan tersebut.

Dari hasil penyidikan, praktik penggelapan pajak yang dilakukan Asian Agri cukup canggih, sistematis, dan terencana. “Mereka bahkan punya unit khusus yang mengatur penggelapan pajak ini,” kata Direktur Jenderal Pajak Fuad Rachmany pada 9 Januari 2014.

Adanya unit khusus tersebut membuktikan kalau penggelapan pajak yang mereka lakukan tergolong pidana. Nilai denda yang dijatuhkan kepada Asian Agri sebesar Rp 2,5 triliun dan sanksi administratif Rp 1,9 triliun.

(Baca: Asian Agri Banding Vonis Denda Pajak Rp 1,9 Triliun)

Sebelumnya, perusahaan Sukanto lainnya, yaitu PT Inti Indorayon Utama, mendapat tuduhan sebagai penyebab pencemaran lingkungan di wilayah Porsea dekat Danau Toba, Sumatera Utara. Pabrik bubur kertas pertama di Indonesia itu kerap terlibat konflik dengan penduduk setempat.

Namun, selama pemerintahan Soeharto, Indorayon tak pernah tersentuh hukum. Sukanto memang dekat dengan presiden kedua RI itu. Baru saat pemerintahan Presiden BJ Habibie akhirnya Indorayon berhenti beroperasi.

Lalu, pada masa Presiden Abdurrahman Wahid perusahaan tutup secara permanen. Namun, saat pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri, perusahaan hidup kembali dan berganti nama menjadi PT Toba Pulp Lestari.

Di luar bisnis, Sukanto juga aktif dalam kegiatan sosial. Ia mendirikan Tanoto Foundation bersama istrinya pada 1981. Organisasi ini banyak bergerak dalam bidang pendidikan.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...