Secara Historis, Gempa & Tsunami Berulang Kali Terjadi di Selatan Jawa

Image title
Oleh Abdul Azis Said
23 Juli 2019, 08:41
potensi gempa dan tsunami di selatan Jawa, ancaman megathrust, BMKG, penyebab gempa dan tsunami, Pulau Jawa
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Kapal yang terdampar ke pemukiman penduduk akibat gelombang tsunami di desa Sukamanah, Anyer, Banten, Senin (24/12/2018).

Gempa disertai tsunami pernah memporak-porandakan pesisir pantai dari Yogyakarta hingga Trenggalek pada 1840 dan 1859. Gempa dengan kekuatan lebih dari 7 SR di pesisir pantai Pacitan juga pernah terjadi pada Oktober 1859. Ada pula gempa dengan kekuatan 8 SR yang menewaskan lebih dari 500 orang di Yogyakarta pada Juni 1867.

Pada 26 Februari 2016, gempa kembali terjadi di Pacitan dengan kekuatan 5,3 SR yang berpusat di Samudera Hindia, sekitar 100 km arah tenggara Pacitan. Meski tak menimbulkan tsunami, namun getarannya terasa hingga Yogyakarta.

Kejadian terbaru terjadi di pesisir selatan tepatnya di wilayah Cilacap, Jawa Tengah pada 29 Juni 2019. Getarannya terasa sampai Pacitan hingga Pangandaran. Gempa pada 29 Juni 2019 merupakan gempa ke-4 sejak periode gempa pertama terjadi pada 18 Mei 2019 dengan kekuatan 5,6 SR. Gempa kedua pada 9 Juni 2019 berkekuatan 5,5 SR dan ketiga pada 21 Juni 2019 dengan kekuatan 5,2 SR.

Selain itu, gempa juga memicu terjadinya tsunami, termasuk yang terjadi di wilayah selatan Jawa Timur pada 3 Juni 1994. Saat itu sejumlah kawasan pesisir selatan Banyuwangi, Pantai Plengkung, Pantai Pancer, dan Pantai Rajegwesi diterjang tsunami akibat adanya aktivitas gempa tektonik 7,8 M di kedalaman 18 km arah selatan Samudera Hindia. Akibatnya, lebih dari 200 korban meninggal dan kerusakan parah terjadi pada perumahan warga.

(Baca: Penyebab Tsunami di Selat Sunda Masih Misteri)

Gempa Pangandaran dan Yogyakarta

Tsunami akibat gempa di wilayah pantai selatan kembali terjadi pada 2006. Gempa berkekuatan 6,8 SR mengakibatkan luapan gelombang air laut setinggi 5 m yang menghancurkan permukiman dan objek wisata Pantai Pangandaran, Jawa Barat pada 17 Juli 2006. Gelombang tsunami juga menghantam sejumlah wilayah pesisir pantai selatan Jawa Barat, seperti Cipatujah, Tasikmalaya dan beberapa pesisir selatan Jawa Tengah di Cilacap hingga Purworejo.

Gempa bersumber dari subduksi lempeng Indo-Australia dan Eurasia yang berpusat di 225 km arah barat Daya Kabupaten Pangandaran dan menyebabkan lebih dari 600 korban meninggal serta ribuan korban luka-luka. Getarannya bahkan terasa hampir di seluruh wilayah Pulau Jawa, termasuk Jakarta. Berdasarkan laporan BBC Indonesia, kepanikan juga dirasakan banyak karyawan dari sejumlah perkantoran di Jakarta yang mencoba mengamankan diri dengan turun dari gedung kantor.

Gempa Pangandaran merupakan pengulangan dari gempa yang juga pernah terjadi di lokasi yang sama pada 1921. Tak ada catatan terkait kejadian gempa kala itu. Namun getarannya yang mencapai 7,5 SR menyebabkan terjadinya tsunami di sepanjang pesisir selatan dengan garis pantai daerah terlanda sepanjang 275 km.

Selain adanya aktivitas pertemuan lempeng Indo-Australia dan Eurasia, potensi kegempaan di wilayah selatan Jawa, khususnya Yogyakarta dipicu adanya sesar Opak yang masih aktif. Lokasinya di sekitar aliran Sungai Opak yang membentang dari Gunung Merapi dan bermuara di pantai selatan.

(Baca: Gempa Magnitudo 7,4 Guncang Maluku, Tidak Berpotensi Tsunami)

Salah satu dampaknya yang paling teringat ialah gempa Yogyakarta pada 27 Mei 2006. Aktivitas tektonik sesar Opak mengakibatkan guncangan hebat yang dirasakan warga Yogyakarta dan sejumlah wilayah di selatan Jawa Tengah dengan kekuatan 5,9 SR.

Pusat gempa berada 10 km arah timur dari aliran Sungai Opak di daerah Bantul. Gempa ini menjadi salah satu yang terparah karena menyebabkan 5.782 korban meninggal di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah bagian selatan, 26.229 korban luka berat dan ringan, serta 71.372 rumah rusak berat.

Penulis : Abdul Azis Said (Magang)

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...