Mentan Dorong Hilirisasi Kakao dan Kopi di Sulsel
Luwu - Produk olahan perkebunan dan rempah-rempahan menjadi salah satu sektor pertanian dalam program strategis Kementerian Pertanian. Direktorat Jendral Perkebunan Kementan terus mendorong peningkatan produksi melalui program hilirisasi industri untuk komoditas ini. Upayanya antara lain dengan memberi bantuan bibit, alat mesin pertanian atau alsintan, dan pendampingan bimbingan teknis.
Dalam kunjungannya ke Luwu dan Tana Toraja, Sulawesi Selatan, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan program peningkatan itu terus digencarkan, terutama produk perkebunan petani di Luwu Raya dan Tana Toraja. Melalui program ini perkebunan seperti kakao dan kopi mampu dikelola secara baik. Sebab, produk yang dijual petani tidak hanya dalam bentuk segar, tetapi juga dalam bentuk olahan, yang dapat meningkatkan pendapatan petani.
"Dengan begitu, diharapkan program ini ada adde value-nya (nilai tambah), bahkan bisa mencapai 1.000 persen," demikian kata Amran dalam acara Mengembalikan Kejayaan Rempah dan Komoditas Perkebunan di Kabupaten Luwu, Senin (11/3).
Amran mengatakan, produk olahan Indonesia harus lebih baik dari produk negara-negara lain. Ia mencontohkan, jika berkunjung ke Singapura, orang bangga membawa oleh-oleh cokelat yang bahan bakunya berasal dari Indonesia. Singapura yang melakukan proses nilai tambah. Menurut Amran, sekarang proses pengolahan harus dilakukan di Indonesia, karena negeri ini memiliki apa saja yang dibutuhkan.
"Harusnya prosesinya ada di bawah kebun kakao Luwu ini. Untuk itu, jika industri pengolahan ini dibangun di Luwu dan Palopo, semua orang akan menikmati Silverqueen yang segar atau tak ada pengawet. Jadi, Produk kita sendiri dan diolah oleh anak bangsa," paparnya.
Sementara itu, Bupati Luwu, Basmi Mattayang menilai kebijakan dan program Kementan dalam mengembalikan kejayaan rempah, khususnya kakao dan kopi harus didukung semua pihak.
Sepanjang 2018, produksi kakao menyentuh angka 24.260 ton, dengan luas lahan 35.311 hektare. Namun produktivitasnya menurun karena umur tanaman yang sudah tua.
"Jika program ini jalan, kami yakin dapat meningkatkan pendapatan petani. Produktivitas naik dan ditambah lagi dengan dibangunya hilirisasi industri kakao dan kopi. Sebab ini menjadi masalah petani saat ini. Jadi kami sangat apresiasi program Kementan," katanya.
Pada 2019 Kementan menggelontorkan bantuan untuk Luwu Raya meliputi Kabupaten Luwu, Palopo, Luwu Utara dan Timur sebanyak Rp 56,23 miliar. Bantuan itu berupa benih, alat mesin pertanian dan ternak. Sementara untuk bantuan peremajaan kopi di Tana Toraja mencapai 400 hektar dengan total nilai Rp 3,08 miliar.