Manuver Sandiaga Uno Curi Perhatian Emak-emak
Kehadiran Sandiaga Uno menyita perhatian di Pasar Terong, Kota Makassar, Minggu (19/8). Para kaum ibu, baik pedagang dan pembeli, berebut bersalaman dan berfoto bersamanya. Tak hanya itu, sebagian mencubit pipi kanan dan kiri Sandi.
Kunjungan Sandi ke Pasar Terong setelah seminggu mendaftarkan diri sebagai calon wakil presiden (cawapres) mendampingi Prabowo Subianto, bak langkah mencari simpati para ibu.
Dalam dialog dengan kaum ibu, Sandi menyisipkan isu kenaikan harga pangan. "Harga bahan pokok naik sedikit. Bagaimana emak-emak tidak mengeluh dengan harga pasar," kata Sandi.
(Baca juga: Laporan ke KPK, Kekayaan Sandiaga 100 Kali Lipat dari Jokowi)
Sejak pidato di hari pendaftaran Pilpres, Sandi sudah mengangkat isu bahan pangan yang dekat dengan problema keseharian para ibu.
"Kami ingin berjuang untuk partai emak-emak. Kami ingin harga-harga terjangkau, harga pangan stabil, dan kami ingin percepatan pembangunan dengan yang bersih," kata Sandi, Jumat (10/8).
Di media sosial pun tim Sandi mulai memperkenalkan slogan hastag The Power of Emak-emak mau pun hastag emak-emak.
Suara para ibu alias emak-emak menjadi target pasangan Prabowo-Sandi dalam Pilpres 2019. Pemilih perempuan memang potensial dalam kontestasi politik nasional tahun depan.
(Baca: Lobi Sandiaga Uno Dampingi Prabowo Jelang Pendaftaran Pilpres)
Potensi besar suara perempuan
Basis suara perempuan saat ini mencapai setengah dari total pemilih di Indonesia. Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 12 Juli 2018, jumlah Daftar Pemilih Sementara (DPS) mencapai 185.639.674 orang. Dari jumlah tersebut, 92.796.375 orang adalah pemilih perempuan.
Tak hanya berdasarkan kuantitas, perempuan juga dibidik Sandi lantaran mampu mempengaruhi pilihan politik di lingkungan skala rumah tangga. Jika kaum ibu mengeluhkan suatu persoalan, maka kemungkinan akan berimbas kepada suami dan anak.
"Emak-emak tidak memilih (pasangan calon) ini gara-gara harga naik, akan efektif karena suami sama anak-anak (akan mengikuti karena) takut," kata Wakil Ketua Umum Ferry Juliantono.
(Baca juga: Ke KPK, Sandiaga Bantah Pemberian Mahar Politik untuk PAN dan PKS)
Masih perlu permak
Potensi Sandiaga untuk menggaet pemilih perempuan sebenarnya cukup besar. Alasannya, berdasarkan survei LSI Denny JA pada 12-19 Agustus 2018, Sandiaga mampu menaikkan elektabilitas Prabowo di mata pemilih perempuan.
Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby memaparkan, elektabilitas Prabowo secara personal di basis pemilih perempuan hanya sebesar 25,2%. Ketika bersama Sandiaga, elektabilitasnya menjadi 30%.
Hanya saja, upaya ini belum maksimal karena elektabilitas Prabowo-Sandiaga tertinggal sekitar 20% dari pesaingnya, Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Saat Pilpres 2014, Jokowi telah serius menggaet suara perempuan.
Dari survei LSI Denny JA, Prabowo-Sandiaga hanya mendapatkan perolehan suara sebesar 30% dari responden perempuan. Sementara, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf di segmen tersebut mencapai 50,2%.
"Pengaruhnya belum kelihatan ya karena ini mungkin baru awal. Baru beberapa hari berjalan dan kampanye masih belum masif," kata Adjie.
(Baca juga: Survei LSI: Ma'ruf Gerus Elektabilitas Jokowi, Sandi Naikkan Prabowo)
Karenanya, Adjie menyarankan Sandi menguatkan narasi menggaet pemilih perempuan. Adjie pun menilai tim kampanye Prabowo-Sandiaga perlu upaya ekstra agar suara dari merebut basis pemilih perempuan yang mendukung Jokowi-Ma'ruf.
"Mampu atau tidak (mengungguli Jokowi-Ma'ruf) tergantung tim dan kandidat," kata Adjie.
Adjie menilai saat ini narasi Prabowo-Sandi untuk fokus ke pemilih perempuan belum terbangun secara rapi, baik dari sisi kampanye, gimmick, maupun isu.
"Jadi menurut saya belum terlalu berefek," kata Adjie.