Pasokan Minyak dan Elpiji dari Iran Terkendala Proses Pembayaran
PT Pertamina (Persero) belum bisa mengimpor minyak mentah dan elpiji dari Iran. Penyebabnya masih ada beberapa kendala terkait proses pembayarannya. Sampai saat ini pun Pertamina masih melakukan negosiasi mengenai pembelian elpiji dan minyak mentah dari negara tersebut.
Vice President Integrated Supply Chain Pertamina Daniel Purba mengatakan rencananya, perseroan ingin mengimpor tiga kargo elpiji tahun ini. Namun, hal ini masih sulit dilakukan karena masih ada beberapa kendala. Masalah utamanya mengenai sistem pembayaran. “Belum seluruh bank bisa fasilitasi kesepakatan ini,” ujarnya di Kantor Pertamina, Senin (4/4). Apalagi Iran juga baru bebas dari sanksi internasional pada awal Januari lalu.
Elpiji dari Iran ini penting untuk memasok kebutuhan dalam negeri, juga sebagai alternatif minyak mentah yang diolah di kilang Cilacap. Selama ini produksi Elpiji nasional belum bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri. Pertamina masih harus mengimpor hampir 60 persen kebutuhan konsumsi elpiji dalam negeri. Impor ini akan terus naik, mengingat konsumsinya terus meningkat setiap tahun. (Baca: ConocoPhillips Setop Produksi, Pertamina Tambah Impor Elpiji)
Pertamina mencatat konsumsi elpiji tahun lalu mencapai 7 juta ton, dengan porsi terbesarnya adalah elpiji bersubsidi sebesar 5,56 juta ton. Jawa Barat menjadi salah satu provinsi terbesar yang menyerap elpiji subsidi sekitar 1,16 juta ton tahun lalu. Kebutuhan elpiji nasional diperkirakan meningkat menjadi 7,8 juta ton tahun ini. Dengan rincian 6,6 juta ton elpiji bersubsidi dan 1,2 juta ton nonsubsidi.
Tawaran kerjasama jual beli dengan Iran ini merupakan peluang yang baik Indonesia. Apalagi menurut Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said, Pertamina dapat diskon dari pembelian elpiji. “Lebih murah US$ 25 dari harga pasar,” ujarnya. (Baca: Pertamina Incar Minyak Murah dari 7 Negara)
Tidak hanya dari luar negeri, Pertamina juga tengah menjajaki kerjasama jual beli minyak mentah di dalam negeri. Daniel mengatakan saat ini masih bernegosiasi dengan Chevron Indonesia, Total E&P Indonesia, ENI Indonesia dan Petrochina. Volume minyak yang dibutuhkan hingga 200 ribu barel per hari. Targetnya pada kuartal II tahun ini Pertamina sudah bisa membeli minyak tersebut.
Untuk memaksimalkan pasokan minyak dari luar dan dalam negeri, Pertamina juga tengah menjajaki negosiasi sewa kilang di beberapa negara seperti Asia Pasifik, India , Korea, Jepang, China dan Singapura. Kapasitasnya mencapai 800 ribu barel. Alasan menyewa kilang karena ada beberapa minyak yang tidak bisa diolah di dalam negeri. “Karena hanya kilang di Cilacap yang bisa memproses high sulfur crude (minyak dengan kandungan sulfur tinggi),” kata Daniel. (Baca: Pertamina Akan Pasok Kondensat ke Iran)
Daniel berharap serangkaian upaya ini bisa menekan impor bahan bakar minyak (BBM). Pertamina menargetkan setiap bulan impor BBM bisa turun 1 juta barel. Saat ini, impor BBM jenis bensin dengan angka oktan (Research Octane Number/RON) 88 mencapai 6-7 juta barel per bulan.
Kontributor: Anggita Rezki Amelia