Jaringan Gas Rumah Tangga Hanya Dibangun di Kota Dekat Sumber Gas
KATADATA - Tidak semua rumah tangga di perkotaan Indonesia yang bisa menikmati gas alam. Selain keterbatasan dana, pemerintah juga akan lebih selektif memilih kota-kota mana yang akan dibangun jaringan distribusi gas bumi (jargas) untuk rumah tangga.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan pemerintah memprioritaskan pembangunan jargas di kota-kota yang dekat dengan pasokan gas. Misalnya Kota Prabumulih yang mendapat pasokan gas dari PT Pertamina EP Asset II di dekat kota tersebut. Saat ini sudah 95 persen dari keseluruhan rumah tangga di kota tersebut tersambung jaringan gas.
"Jadi kota-kota yang dipilih itu sudah dihitung pasokannya. Pasokannya ada dan jaringannya ada," ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said, saat meresmikan pembangunan jargas di Cikarang Bekasi, Kamis (3/3). (Baca: Tahun ini, Pemerintah Bangun 89 Ribu Jaringan Gas Rumah Tangga)
Dia mengatakan lokasi yang dekat dengan pasokan gas akan memudahkan daerah tersebut untuk mendapatkankan gas secara berkesinambungan. Contohnya jargas di delapan kota yang dibangun pada 2012 akan beroperasi tahun ini. Yakni di Sidoarjo, Balikpapan, Prabumulih, Palembang , Pekanbaru, Lhokseumawe dan Lhoksukon, serta Tangerang. Kota-kota tersebut dipilih karena dekat dengan sumber pasokan gas.
Menurut Sudirman pengalihan LPG ke Jargas akan membuat masyarakat menjadi hemat pengeluaran hingga 35 persen. Tidak hanya murah, gas alam juga merupakan energi yang memiliki sisi positif lain, yakni aman, bersih, dan ramah terhadap lingkungan.
Jargas juga akan mengurangi beban negara untuk mensubsidi dan impor LPG. Saat ini produksi LPG Indonesia hanya 2,27 juta ton, sedangkan konsumsinya mencapai 6,57 juta ton. Selisihnya harus ditutupi dengan impor. Belum lagi konsumsi ini meningkat hingga 13 persen per tahun dan produksinya tidak bertambah karena kapasitas kilangnya tetap. (Baca: ESDM Mengakui Program Konversi BBM ke Gas Berjalan Lambat)
Program pembangunan jaringan gas (jargas) rumah tangga sudah dilakukan secara bertahap sejak 2009. Tahun ini pemerintah berencana membangun 89 ribu sambungan rumah (SR) jaringan distribusi gas bumi (jargas) untuk rumah tangga. Pembangunannya dilakukan di enam kota, yakni Tarakan, Surabaya, Balikpapan, Cilegon, Batam, dan Prabumulih.
Pembangunan tahun ini jauh lebih banyak dari tahun lalu yang tercatat hanya 8 ribu SR. Tahun depan lebih banyak lagi yang akan dibangun, mencapai Rp 200 ribu SR. Targetnya hingga 2019 sudah ada 1,2 juta SR jargas yang terbangun di Indonesia dan hingga 2030 mencapai 5 juta SR. Hingga tahun lalu, jumlah jaringan gas yang sudah terbangun masih di bawah 100 ribu SR.
Pemerintah telah menugaskan PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. untuk membangun jargas ini. Agar pembangunan jargas berjalan masif kedua perusahaan migas negara ini harus berkonsolidasi, sehingga tidak terjadi tumpang tindih pembangunan pipanya. "Disebut ada 122 kilometer yang akan dibangun terus oleh Pertamina. Itu bagian dari proyek pemerintah, dan sebagian akan kami serahkan ke BUMN," ujarnya. (Baca: Jokowi Minta Kementerian BUMN Sinergikan PGN dan Pertagas)
Pertamina tahun ini kebagian jatah untuk membangun 32 ribu sambungan rumah (SR). Dengan demikian, pengguna jargas Pertamina dari penugasan, totalnya diperkirakan mencapai 89.383 SR pada 2017. Sementara PGN ditargetkan dapat membangun 92 ribu SR hingga tahun depan.
Dalam pembangunan infrastruktur jargas ini, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) berkewajiban menjamin ketersediaan pasokan gasnya. Harga gas yang dipasok pun sudah ditetapkan sebesar US$ 4,72 per juta british thermal unit (mmbtu) untuk harga di well-head (kepala sumur). Harga ini berlaku tetap sesuai perjanjian kontrak.