Terendah Sejak 2009, Harga Minyak Tahun Depan Bisa US$ 20

Yura Syahrul
8 Desember 2015, 14:43
Pengeboran minyak lepas pantai.
KATADATA
Aktivitas pengeboran minyak di lepas pantai.

Setelah pertemuan OPEC, Goldman Sachs memperkirakan harga minyak bertahan di level bawah dalam jangka panjang dengan risiko penurunan di bawah US$ 20 per barel. Berdasarkan data, probabilitas harga minyak pada Desember tahun depan untuk tiga pilihan harga: US$ 25, US$ 30, dan US$ 35 per barel, meningkat 41 persen dalam dua bulan terakhir.

Tertekannya harga minyak dalam jangka panjang juga dipengaruhi oleh aksi jual kontrak harga minyak oleh para investor untuk memproteksi potensi kerugiannya. “Ada sedikit kebutuhan untuk lindung nilai harga minyak dalam lima tahun atau hingga masa depan,” kata Mark Keenan, analis Societe Generale.

Maizar Rahman, mantan Gubernur OPEC untuk Indonesia, menyebut anjloknya harga minyak saat ini mirip kejadian tahun 1986. Kala itu, harga minyak jatuh karena kelebihan pasokan di tengah banjir produksi minyak negara-negara non-OPEC. Alhasil, harga minyak bertahan di level rendah sekitar US$ 20 per barel selama 17 tahun atau sampai tahun 2003.

Selain kelebihan pasokan, harga minyak akan terus merunduk karena di pasar berjangka bisa terjadi pelepasan besar-besaran kontrak minyak. Namun, bak sebuah siklus, harga minyak rendah itu akan berakhir karena terhentinya banyak produksi akan menyebabkan pasar dunia kembali kekurangan pasokan minyak. Karena itu, Maizar memperkirakan harga minyak tahun depan akan kembali naik mencapai sekitar US$ 50 per barel.

Bagi Indonesia, menurut Tenaga ahli Tim Harga Minyak Mentah Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tersebut, dampak harga minyak rendah saat ini akan semakin memperlambat kegiatan pengembangan industri migas di dalam negeri. Pasalnya,  biaya eksplorasi dan produksi hampir setara dengan harga minyak.

Namun, kondisi ini berdampak positif bagi industrio non-migas karena biaya bahan bakar minyak (BBM) menurun. Adapun bagi pemerintah, harga minyak rendah sekarang mendatangkan efek positif dan negatif. Penerimaan dari sektor migas akan terus menurun, namun pengeluaran untuk subsidi harga BBM akan berkurang.

Halaman:
Reporter: Arnold Sirait, Yura Syahrul
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...