Kontrak Diperpanjang, Produksi Blok Gebang Ditargetkan Naik 10 Kali
KATADATA - PT Energy Mega Persada Tbk. akhirnya resmi mengantongi perpanjangan kontrak pengelolaan Blok Gebang. Dalam acara penandatangan kontrak kerja bagi hasil di Gedung Migas, Jakarta, Jumat (13/11), anak usaha Bakrie Group ini mendapat perpanjangan selama 20 tahun.
Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) I.G.N. Wiratmaja Puja berharap dengan adanya perpanjangan kontrak ini, masalah mahalnya harga gas di Sumatera Utara bisa teratasi. Lokasi blok migas seluas 977,51 kilometer persegi ini memang terletak di Sumatera Utara. "Sehingga harga di masyarakat bisa lebih baik. Kami sangat menunggu ini bisa segera berproduksi," kata dia di Gedung Migas, Jakarta, Jumat (13/11).
Negara pun mendapat keuntungan lebih dari perpanjangan kontrak ini. Dalam kontrak perpanjangan ini bagi hasil yang didapat negara lebih besar dari sebelumnya. Pemerintah akan mendapat bagi hasil untuk minyak sebesar 82,5 persen dan 17,5 lainnya menjadi bagian kontraktor. Sebelumnya pemerintah hanya mendapat 80 persen, dan kontraktor 20 persen. Sementara untuk gas, pemerintah mendapatkan bagian 72 persen dan 28 persen bagian kontraktor. Pada kontrak lama pemerintah hanya mendapat 70 persen dan 30 persen bagian kontraktor. "Negara jadi lebih besar,"
Selain itu, pemerintah juga mendapat bonus tandatangan sebesar US$ 2 juta. Selain itu, ada juga bonus produksi sebesar US$ 500 ribu untuk kumulatif produksi 25 juta barel setara minyak (mmboe), US$ 1 juta untuk produksi 50 mmboe, dan US$ 2 juta untuk produksi 75 mmboe.
Menurut Wirat, EMP juga sudah menyatakan kesanggupannya untuk memenuhi syarat minimal komitmen pasti dalam tiga tahun pertama dengan mengeluarkan investasi hingga US$ . Tahun pertama adalah studi geologi, geofisika, reservoir dan produksi (GGRP Study) dengan nilai investasi US$ 500.000.
Tahun kedua melakukan survei 3D Seismik senilai US$ 7,3 juta dan pengeboran satu sumur pengembangan (development well) senilai US$ 7,5 juta. Tahun ketiga studi geologi dan geofisika (G&G Study) sebesar US$ 300.000 dan pengeboran satu sumur pengembangan senilai US$ 7,5 juta.
Presiden Direktur EMP Imam P Agustino mengatakan kegiatan operasi Blok Gebang sempat berhenti dalam enam bulan terakhir. Penyebabnya adalah dari produksi yang terus menurun serta biaya produksi sudah lebih besar dari pendapatan, khususnya untuk gas.
Namun, EMP melihat cadangan yang dengan melihat cadangan yang tersisa dia menilai lapangan ini masih layak untuk dikembangkan. Potensi itu terlihat dari cadangan tersisa di lapangan Arbei, untuk minyak sebesar 3,38 juta tangki barel (mmstb) dan gas sebesar 64,05 miliar kaki kubik (bscf). Selain itu, ada juga cadangan gas yang masih tersimpan di lapangan Angor sebesar 62 bscf. "Kami melihat potensi baik untuk kembangkan lebih lanjut," ujarnya.
EMP menargetkan pada tahap awal produksi Blok Gebang akan mencapai 30 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Produksi ini lebih tinggi 10 kali lipat dari sebelumnya yang hanya 3 mmsfcd. Target produksi ini diharapkan dapat terealisasi pada kuartal II-2017.
Dalam perpanjangan kontrak ini, EMP hanya akan menggarap Blok Gebang sendiri. EMP mengaku belum mendapatkan mitra untuk bekerjasama di blok tersebut. Pada kontrak sebelumnya, EMP menggarap blok migas ini bersama PT Pertamina (Persero) dengan kepemilikan masing-masing 50 persen. Pemerintah memberikan perpanjangan kontrak kepada EMP karena Pertamina tidak tertarik lagi menggarapnya.