Tahun Depan, 40 Kargo Gas di Dalam Negeri Terancam Tak Terserap
Selain itu, pemerintah membangun fasilitas penyimpanan gas di Bojonegoro. Wiratmaja optimistis Indonesia akan memiliki banyak infrastruktur gas pada tahun 2019-2020 mendatang. “Sehingga produksi gas dapat terserap di dalam negeri," imbuhnya.
(Baca: Tiga Kargo Gas Jatah Dalam Negeri Masih Belum Laku)
Pada bulan Agustus lalu, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengaku tengah mencari calon pembeli tiga kargo gas jatah dalam negeri. Dua kargo itu berasal dari produksi Kilang Badak di Bontang, Kalimantan Timur, dan satu kargo dari Kilang Tangguh di Papua. Jika tidak segera dijual maka dapat mengganggu produksi gas secara keseluruhan.
Namun, tidak mudah menjual tiga kargo gas tersebut di luar negeri karena pasokan gas sekarang juga melimpah. Saat ini, ada banyak penjual gas dari luar negeri sehingga mau tidak mau SKK Migas harus bersaing ketat untuk mendapatkan calon pembeli.
Di sisi lain, pelaku usaha minyak dan gas bumi (migas) mempertanyakan langkah SKK Migas tersebut. Tommy Tumbelaka, eksekutif Oiltanking GmbH, perusahaan storage minyak asal Jerman, mengklaim perusahaannya siap membeli kargo gas jatah dalam negeri. Nantinya, gas tersebut akan digunakan untuk memasok kebutuhan industri di Jawa Barat. Syaratnya, Kementerian ESDM dan SKK Migas harus mengungkapkan secara transparan patokan harga gas itu. "Pemerintah harus buka-bukaan, berapa harga DES (delivered ex-ship atau harga jual gas sampai di lokasi dekat pembelinya). Apakah berdasarkan International Price atau DES Cina," katanya.