Dua Kontraktor Migas Siap Pasok Minyak untuk Kilang Pertamina
KATADATA - PT Pertamina (Persero) berencana mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM) untuk kebutuhan dalam negeri, dengan mengoptimalkan kapasitas kilang yang ada. Masalahnya, untuk merealisasikan rencana ini, Pertamina membutuhkan pasokan minyak mentah sebagai bahan baku kilang.
Direktur Pengolahan Pertamina Rahmat Hardadi mengatakan hingga saat ini Pertamina baru bisa memasok 60 persen kebutuhan kilang tersebut. Adapun kebutuhan untuk kilang minyak yang ada di Indonesia saat ini sekitar 800.000 barel per hari. Selama ini Pertamina harus mengimpor sisa kebutuhan minyak tersebut.
(Baca: Pertamina Kekurangan Kondensat untuk Produksi Kilang TPPI)
Agar impornya bisa berkurang, saat ini Pertamina sudah melakukan pendekatan dengan tujuh kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) migas mengenai pasokan kilang ini. Harapannya KKKS mau mengurangi ekspor dan menjual minyaknya kepada Pertamina.
"Sekitar tujuh KKKS yang dilobi, dua sudah konfirmasi," katanya beberapa waktu lalu. Dua KKKS tersebut akan mulai memasok minyak ke kilang Pertamina pada akhir tahun ini, sebanyak 120.000 barel per hari.
Hardadi mengaku belum bisa menyebutkan siapa saja KKKS yang diajak bekerjasama dan siapa saja yang sudah menyatakan bersedia. Dia berharap lima KKKS lainnya mau menjual sebagian minyaknya kepada Pertamina.
(Baca: Pemerintah Godok Aturan Pembatasan Ekspor Minyak Bumi)
Pemerintah berencana melakukan pembatasan ekspor minyak mentah mulai tahun depan. Pembatasan ekspor ini dilakukan untuk mengoptimalkan kilang minyak dalam negeri dan mengurangi impor BBM. Kebijakan ini akan dikeluarkan dalam bentuk Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral yang akan terbit dalam waktu dekat.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM I.G.N. Wiratmaja Puja mengatakan Permen akan mengatur larangan ekspor untuk minyak mentah yang spesifikasinya sesuai dengan kilang yang ada di Indonesia. Kementerian mencatat saat ini ekspor minyak mentah Indonesia mencapai 400 ribu barel per hari termasuk kondensat. Padahal dari jumlah itu, ada lebih dari 200 ribu barel yang bisa diolah di dalam negeri.
"Ini sudah dilakukan kajian untuk optimalisasi bersama SKK Migas dan pertamina," kata Wiratmaja. Selain untuk mengoptimalkan produksi kilang dalam negeri, kebijakan ini juga bisa menguatkan nilai tukar rupiah secara signifikan. Selama ini Pertamina membutuhkan banyak dolar setiap harinya, untuk mengimpor minyak.
(Baca: Bulan Depan, Impor Premium Bisa Berkurang 30 Persen)
Dengan kebijakan ini, Pertamina membeli minyak dari kontrakto kontrak kerja sama (KKKS) dengan harga dolar, tapi pembayarannya menggunakan rupiah. Dengan mengurangi penggunaan dolar ini, Pertamina dan negara bisa menghemat hingga US$ 3,8 miliar per tahun, atau hampir Rp 45 triliun per tahun dengan kurs sekarang.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi sempat mengatakan sudah ada 14 KKKS yang diajak berdiskusi agar mau menjual minyaknya kepada Pertamina. Kontraktor tersebut pun merespons positif hal ini. Namun, pembicaraannya belum sampai pada kesepakatan jual beli dan penentuan harga.
Amien mengaku belum bisa menyebutkan siapa saja 14 KKKS tersebut. Karena ini baru pembicaraan dan belum ada keputusan dari masing-masing KKKS. "Mereka akan melaporkan terlebih dahulu ke kantornya (perusahaan induknya) terlebih dahulu,” ujarnya.