Petaka Longsor di Kaki Gunung Lembata Diterjang Siklon Tropis Seroja

Image title
Oleh Antara
12 April 2021, 09:10
Warga berjalan dari lokasi pengungsian untuk menengok kondisi rumahnya di Desa Waimatan yang dilanda tanah longsor di Ile Ape, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), Minggu (11/4/2021). Selain karena trauma terjadi longsor susulan, sebanyak 121 kep
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/rwa.
Warga berjalan dari lokasi pengungsian untuk menengok kondisi rumahnya di Desa Waimatan yang dilanda tanah longsor di Ile Ape, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), Minggu (11/4/2021).

Sulit bagi pendatang untuk memperoleh sambungan internet di perkampungan nelayan itu. Penduduk Waimatan mengandalkan sinyal ponsel lewat alat khusus yang disediakan PT Telkom.

Bencana Alam di Lembata

Yeremias Patong, 19, masih mengingat betapa mengerikan bencana tanah longsor yang melanda Waiwatan pada Ahad (4/4) sekitar pukul 01.30 WITa. “Saat itu kami baru saja merayakan malam Paskah dari kampung sebelah sekitar jam 19.00 sampai 21.00. Tiba-tiba dengar suara gemuruh dari gunung,” katanya.

Saat itu sebagian penduduk sudah dalam posisi siaga, sebab Camat Niko sudah lebih dulu menyebar peringatan dini ancaman tanah longsor lewat WhatsApp Group masing-masing penduduk desa.

“Berhubung curah hujan dan angin nonstop, disampaikan kepada para kades untuk tetap imbau warga berhati-hati di jalan serta dilarang melaut dan warga di dekat area kali disarankan mengungsi ke tempat aman menjaga banjir lahar dingin dari gunung,” demikian peringatan dini yang disampaikan camat setempat.

Yeremias membenarkan bahwa mayoritas penduduk Waimatan memilih tetap berada di rumah sebab perkampungan mereka tidak berada di jalur sungai maupun kawasan rawan longsor. “Kami tetap tidur di rumah. Satu kampung ini semuanya saudara saya. Ada paman dan bibi juga,” kata Yeremias.

Menurut dia, bencana itu berlangsung dalam hitungan detik. Tidak ada peluang bagi mereka yang tidur untuk menyelamatkan diri.

Beruntung pelajar SMA itu lebih dulu berlari dari atap ke atap rumah tetangganya hingga sampai di lereng bukit yang dirasa aman. “Saat itu desa kami sunyi. Cuma suara gemuruh saja. Tidak saya dengar keluarga saya yang minta tolong. Mereka seperti dikubur begitu saja,” katanya.

Jalan Trans Lembata sepanjang 200 meter ambruk menimpa bangunan penduduk. Akses jalan ditutup bagi seluruh aktivitas perjalanan.

Saat ini sebanyak 18 penduduk yang ditemukan meninggal telah bersemayam di pusara massal Tempat Pemakaman Umum Wangatoa yang berada di perbatasan kota Lembata.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...