Uji Klinis Vaksin Nusantara Tak Izin BPOM, Sponsor Tanggung Risikonya

Lavinda
Oleh Lavinda
17 April 2021, 17:24
Penelitian vaksin Nusantara terus dilakukan meski tanpa izin BPOM. Dalam hal ini, para sponsor penelitian harus bertanggung jawab terhadap risiko yang muncul saat uji klinis.
ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/rwa.
Vaksinator mengambil cairan vaksin COVID-19 untuk disuntikkan kepada warga penerima vaksin di Gedung Sate, Bandung, Jawa Barat, Rabu (14/4/2021).

Dalam keterangan tertulis di laman Litbang Kemenkes, perusahaan asal Negeri Paman Sam itu telah memberikan lisensi kepada PT. Rama Emerald Multi Sukses untuk mengembangkan vaksin di Indonesia. Hingga saat ini, sedang memasuki uji klinis fase II dan III.

Profesor di bidang kedokteran Soedjatmiko menambahkan, prosedur uji klinik vaksin untuk Program Doktoral S3 bahkan sama ketatnya dengan yang dilakukan BPOM. Beberapa prosedur yang perlu dilakukan antara lain, harus lulus kaji etik dari badan kaji etik yang kompeten, harus ada protokol jelas dan rinci, aturan mengenai prosedur, dan hal-hal yang diukur.

“Semua proses penelitian harus konsisten pada protokol tersebut. Setiap ada penyimpangan dari protokol bisa menyebabkan penelitian dihentikan sementara untuk mendapat kajian,” ujarnya dalam konferensi pers yang sama, Sabtu (17/4).

Sebelumnya, Kepala BPOM Penny Kusumastuti Lukito mengatakan vaksin Nusantara belum dapat lanjut ke uji klinis karena tidak memenuhi empat syarat utama. Proof of concept vaksin Nusantara belum terpenuhi. Antigen yang digunakan tidak memenuhi pharmaceutical grade. Hasil uji klinis fase pertama, terkait keamanan, efektivitas, atau kemampuan meningkatkan antibodi juga belum meyakinkan.

BPOM melaporkan 71,4% relawan uji vaksin Nusantara mengalami kejadian tak diinginkan (KTD). Sebanyak 20 dari 28 subjek mengalami hal tersebut, meskipun dalam grade satu dan dua. Kejadian tak diinginkan itu adalah nyeri lokal, nyeri otot, nyeri sendi, nyeri kepala, penebalan, kemerahan, gatal, petechiae (ruam pada kulit), lemas, mual, demam, batuk, pilek, dan gatal.

Lalu, terdapat enam relawan dengan KTD grade tiga. Satu relawan mengalami hiperneatremi atau konsentrasi natrium yang tinggi dalam darah. Gejala ini seperti orang kekurangan air minum. “Tiga subjek mengalami peningkatan kolesterol,” tulis laporan yang diterima BBC News.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...