Peningkatan Keterampilan Digital UMKM Senjata Bertahan Saat Pandemi
Memahami dan beradaptasi dengan kemajuan teknologi merupakan sebuah keharusan pada era digital seperti saat ini. Ketika pemerintah dan sektor swasta berbondong-bondong mendengungkan pentingnya digitalisasi tapi ternyata masih banyak masyarakat yang belum memiliki keterampilan teknologi dan digital yang memadai.
Pemerintah Indonesia juga terus berusaha keras dalam mempersempit kesenjangan akses internet dan literasi digital. Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika Mira Tayyiba, dalam sesi Diskusi Konektivitas dan Inklusi Sosial 1st Digital Economy Task Force Meeting G20 di Italia, menggarisbawahi hal ini.
Indonesia akan terus berupaya untuk mencapai level inklusif. Semua orang dari latar belakang sosial, usia, dan tingkat pendapatan yang berbeda mendapatkan kesempatan yang sama, “untuk berpartisipasi secara penuh sebagai anggota masyarakat melalui digitalisasi," ujarnya.
Sektor UMKM sebagai penyokong perekonomian Indonesia juga mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Sejak 2020, pemerintah juga telah berusaha meningkatkan keterampilan digital UMKM termasuk dengan meluncurkan program e-learning gratis EDUKUKM.id dan juga program Kakak Asuh UMKM yang menyasar masyarakat yang ingin menjadi pelaku usaha digital, khususnya di e-commerce.
“Namun kami juga perlu kolaborasi dengan sektor swasta agar dampak positif ini bisa lebih luas dan cepat dirasakan oleh para UMKM,” kata Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki.
Menurut dia, langkah terpenting untuk membantu UMKM adalah melakukan pembekalan keahlian di bidang teknologi informasi (TI). Saat ini sudah ada pergeseran pemasaran produk UMKM dari offline ke online, tetapi jumlahnya baru mencapai 8 juta UMKM atau 13 persen dari seluruh UMKM. “Setelah online pun, UMKM masih harus tetap dan akan bersaing dengan seluruh brand besar di platform digital,” kata Teten lebih lanjut.
Merespons kondisi yang ada, perusahaan teknologi terdepan di Asia Tenggara Grab menjelaskan peran platform teknologi yang tidak hanya sekedar menyediakan solusi digitalisasi. Fungsi lainnya juga membantu peningkatan keterampilan digital.
“Kalau platformnya sudah ada tetapi kemampuan dan kapasitas SDM belum ada, ini juga bukan hal yang baik,” kata Neneng Goenadi selaku Country Managing Director Grab Indonesia. Di sisi lain, ujar dia, ada banyak juga UMKM yang sudah tahu cara go-digital, tetapi kurang paham cara mengembangkan bisnis digital mereka.
Sejak 2020, Grab melakukan berbagai program untuk membantu peningkatan keterampilan UMKM dan pekerja lepas di Indonesia. Misalnya program GrabAcademy yang merupakan sebuah platform online bagi mitra pengemudi dan mitra merchant untuk belajar berbagai hal termasuk literasi digital dan literasi keuangan. Kemudian ada juga program Grab #TerusUsaha Akselerator yang memberikan pelatihan dan pendampingan bisnis bagi ratusan pelaku UMKM Indonesia untuk dapat beradaptasi dengan teknologi di tengah ekonomi digital.
Erna Sari (38) salah satu pelaku UMKM yang selama pandemi Covid-19 ini mengoptimalkan teknologi digital agar bisa bertahan, yakni dengan cara berjualan secara daring. Erna yang merupakan pemilik usaha Ayam Penyet Bandung sempat kesulitan dalam mengelola bisnis, yakni mulai dari pencatatan keuangan, cara berpromosi, hingga berinovasi.
“Pandemi memberikan dampak besar bagi bisnis, saya terpaksa harus menutup 5 gerai dan memberhentikan 12 karyawan karena mengalami penurunan omzet yang drastis,” kata Erna.
Lantaran tak ingin terus terpuruk, ia mencari tahu bagaimana cara mempertahankan bisnisnya. Dan selama mengikuti program pelatihan Grab #TerusUsaha Akselerator, Erna mendapatkan kesempatan belajar langsung dari pakarnya guna menambah keahlian dalam mengelola usaha. “Banyak sekali materi yang langsung saya terapkan ke dalam bisnis,” ujarnya. Salah satunya mengelola keuangan menggunakan aplikasi GrabMerchant serta digital marketing tentang bagaimana cara berpromosi dengan memanfaatkan media sosial, kata Erna.
Setelah mengikuti seluruh rangkaian pelatihan di Grab #TerusUsaha Akselerator, Erna langsung berani berinovasi agar bisa ‘Naik Kelas’ dengan membuat menu makanan frozen yaitu sambal dan kremes. Dari pelatihan ini pun ia jadi paham mengenai pentingnya mendaftarkan izin edar usaha ke Lembaga Badan Pengawas Obat dan Makanan (LBPOM) agar bisa menjual makanan frozen tersebut.
Dengan demikian, reskilling, seperti yang dialami Erna, dapat membantu pelaku usaha maupun pekerja untuk meningkatkan keterampilan. Masih banyak pekerjaan rumah untuk memastikan UMKM dan pekerja lepas benar-benar bisa menikmati manfaat dari ekonomi digital. Namun, usaha untuk memberikan pelatihan keterampilan digital menjadi awal mula untuk memastikan lebih banyak orang bisa berkembang dengan teknologi.
Neneng menyatakan, dengan bantuan teknologi digital banyak jumlah usaha dan bisnis yang bertahan dan berkembang di masa sulit seperti sekarang. Ditambah dengan reskilling diharapkan dapat meningkatkan kemampuan serta keahlian dalam produktivitas untuk bersaing dan mandiri di berbagai sektor.
Hal itu, kata dia, akan berdampak positif kepada penyerapan tenaga kerja dan mengurangi tingkat pengangguran, serta peningkatan kualitas SDM. “Ini pada akhirnya membantu memulihkan perekonomian negara,” kata Neneng.