Contoh Artikel Ilmiah yang Baik dan Benar Beserta Ciri-Cirinya

Image title
15 Maret 2022, 10:31
Artikel ilmiah ditulis berdasarkan hasil penelitian dan pedoman penulisan yang terstruktur. Simak contoh artikel ilmiah beserta ciri-cirinya berikut ini.
Pexels/Lum3n

Artikel ilmiah adalah laporan yang ditulis berdasarkan hasil penelitian atau pengamatan yang terstruktur dan sistematis berdasarkan metode ilmiah yang memenuhi kaedah dan etika ilmiah untuk mendapatkan jawaban sesuai rumusan masalah yang diajukan.

Artikel ilmiah menyajikan isi secara teoritis dan konseptual serta dirancang untuk dimuat dalam jurnal ilmiah atau buku. Penulisannya mengikuti pedoman atau konvensi ilmiah yang telah ditetapkan.

Ciri-Ciri Artikel Ilmiah

Berdasarkan buku Dasar- Dasar Penulisan Karya Ilmiah, ciri-ciri artikel ilmiah dijelaskan sebagai berikut.

  • Merupakan pekerjaan yang memperlihatkan keaslian penulis.
  • Merupakan sintesa temuan-temuan tentang suatu topik dan pendapat penulis.
  • Memperlihatkan bahwa penulis merupakan bagian dari suatu komunitas akademis.
  • Merupakan pengakuan, pernyataan, dan jawaban terhadap semua sumber yang digunakan.

Contoh Artikel Ilmiah

Simak contoh artikel ilmiah berikut ini.

Character Building Sebagai Modal Menghadapi Tantangan Global

Oleh: B. Suparlan

Karakter bangsa umumnya bersifat kolektif yaitu akumulasi dari karakter pribadi seluruh warga bangsanya. James Madison, salah satu peletak dasar konstitusi Amerika Serikat, (dalam Rajasa, M,H. 2009) pernah menyatakan bahwa “the character of a nation is determined by the character of its people” atau karakter yang dimiliki suatu bangsa ditentukan oleh karakter warga bangsanya. Komponen utama dari karakter bangsa adalah tata nilai atau values yang dibangun dan ditumbuhkembangkan oleh para warga bangsanya. Oleh karena itu, keberhasilan atau kegagalan sebuah bangsa menjadi sangat tergantung pada upaya pembinaan dan pembangunan karakter warga bangsanya.

Dalam kaitan itu, modalitas nasional yang akan menjadikan Indonesia sebagai negara maju, harus mengedepankan pembangunan karakter dan watak bangsa yang positif. Upaya pembangunan karakter (character building) akan menjadikan rakyat Indonesia menjadi kumpulan masyarakat pekerja keras, penuh semangat juang yang tinggi, mampu saling bekerjasama secara produktif dengan sesama warga bangsa, untuk menjadikan bangsanya bangsa yang maju dan berhasil dalam pembangunan (Haynes., C., Charles, 2008).

Haynes, C (2008) menyatakan bahwa character building is a never ending process, yang artinya bahwa pembangunan karakter dilakukan sejak kita masih berupa janin di dalam kandungan sampai saat kita menutup usia. Oleh karena itu, pembangunan karakter dalam kehidupan kita dapat dibagi dalam tiga tahapan pembangunan karakter, yaitu pada usia dini (tahap pembentukan), usia remaja (tahap pengembangan), dan saat dewasa (tahap pemantapan).

Namun, tampaknya kondisi bangsa saat ini tak terlalu banyak berubah sejak kita mengalami krisis multidimensi hampir sepuluh tahun terakhir. Ironisnya, kini kita juga mengalami krisis akhlak dan moral yang mempunyai dampak berkelanjutan sampai dengan hari ini (Hargens, Boni, 2004). Keterpurukan kita sebagai bangsa saat ini bukan semata-mata disebabkan oleh faktor eksternal dari pengaruh ekonomi global, politik, dan hukum, tetapi yang tak kalah besar pengaruhnya adalah faktor internal. Faktor manusia Indonesia itu sendiri (Yewangoe, Andreas A. 2006).

Pembentukan karakter pada usia dini sangat krusial dan berarti sangat fundamental karena di sinilah paling tidak ada empat koridor yang perlu dilakukan, yaitu menanam tata nilai, menanam kebiasaan, serta memberi teladan. Keempat koridor ini dimaksudkan untuk mentransformasikan tata nilai dan membentuk karakter anak pada usia dini sehingga tidak mungkin hanya dilakukan oleh seorang pembantu. Ironisnya, dalam kehidupan modern ini, pembantu justru menjadi lingkungan (pengaruh) terdekat selama paling tidak 12 jam sehari dan lima hari seminggu. Maka, kita tidak perlu sakit hati bila muncul cibiran yang mengatakan bahwa karakter anak-anak kita justru lebih mirip dengan karakter pembantu.

Pembangunan karakter harus dilanjutkan pada tahap pengembangan pada usia remaja. Sayangnya, lingkungan dan kondisi masyarakat kita sangat tidak kondusif untuk mencapai tujuan pembangunan karakter. Hal ini dapat kita kaji lewat keempat koridor tadi. Koridor tata nilai: berubahnya orientasi tata dari idealisme, harga diri, dan kebanggaan, menjadi orientasi pada uang, materi, duniawi, dan hal-hal yang sifatnya hedonistis. Dalam koridor kebiasaan, masih cukup banyak dikembangkan kebiasaan-kebiasaan yang salah, seperti tidak menepati waktu, ingkar janji, saling menyalahkan, dan mengelak tanggung jawab. Dalam koridor memberi teladan, ternyata dalam kehidupan bermasyarakat kita masih sangat langka adanya teladan (Hargens, Boni, 2004).

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...