Hadapi Disrupsi Teknologi, Indonesia Butuh Banyak Talenta Digital

Image title
Oleh Shabrina Paramacitra - Tim Riset dan Publikasi
18 April 2022, 05:30
Tingginya potensi ekonomi digital membuat kebutuhan SDM alias talenta digital semakin besar.
Muhammad Zaenuddin|Katadata

Kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni di bidang teknologi digital terus meningkat. Oleh karena itu, upaya penyiapan talenta yang menguasai teknologi informasi dan komunikasi (TIK) menjadi penting. 

Riset McKinsey dan Bank Dunia menunjukkan, untuk menyiapkan diri menghadapi Revolusi Industri 4.0, Indonesia butuh sebanyak 9 juta atau 600 ribu talenta digital setiap tahun selama 2015 hingga 2030. 

Sementara itu, riset Microsoft dan LinkedIn pada 2020 menunjukkan, beberapa profesi terkait TIK akan sangat dibutuhkan di dalam pasar kerja global pada 2025 mendatang. 

Profesi yang dimaksud ialah 98 juta SDM di bidang software development, 23 juta orang di bidang cloud & data, serta 20 juta SDM di bidang analisis data dan kecerdasan buatan atau artificial intelligent (AI). Pada saat yang sama, dibutuhkan 6 juta pekerja di bidang keamanan siber, serta 1 juta pekerja di bidang perlindungan privasi.

Angka-angka tersebut perlu untuk dicermati mengingat potensi dari bidang teknologi dan ekonomi digital Indonesia cukup besar. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi dalam seminar bertajuk Empowering SMEs to Recover Stronger, Jumat (11/3), mengatakan, nilai ekonomi digital nasional pada 2030 mencapai Rp 5.718 triliun. Industri e-commerce berkontribusi paling besar, yakni 34 persen atau Rp 1.908 triliun.

Posisi kedua ditempati sektor business to business (B2B) services yang mencakup 13 persen atau Rp 763 triliun. Kemudian, disusul sektor pariwisata sebesar 10 persen atau Rp 575 triliun. Perkembangan industri-industri ini akan meningkatkan permintaan (demand) terhadap talenta-talenta digital. 

Oleh karena itu, Lutfi berpesan agar dunia pendidikan mempersiapkan diri untuk menghadapi kebutuhan yang besar di bidang talenta digital ini. “Kita (Indonesia) harus siap mendidik (tenaga kerja) untuk mendukung pertumbuhan (ekonomi) tinggi. Kita harus merevolusi cara mengajar anak-anak,” tuturnya.

Sementara itu, dalam diskusi bertema Talent Gap in Digital Economy, Selasa (23/11/21), Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Nizam menyatakan bahwa hanya 20 persen dari total 4.000 kampus di Indonesia yang memiliki program studi TIK. 

Output dari kampus jurusan TIK per tahun hanya sekitar 100 ribu-200 ribu orang. Artinya, ada talent gap sekitar 400 ribu-450 ribu orang setiap tahunnya. “Terdapat estimasi yang cukup besar dari 100 ribu-600 ribu pekerja digital setiap tahun yang harus disiapkan untuk memenuhi kebutuhan digital ekonomi,” ujarnya.

Berbagai hal perlu disiapkan demi mengisi kekosongan tersebut. Di dalam Roadmap Literasi Digital 2021 - 2024 yang disusun Kementerian Kominfo, SiberKreasi & Deloitte pada 2020, terdapat empat pilar literasi digital. Ini menjadi dasar dari upaya peningkatan literasi dan kapasitas talenta digital Indonesia.

Empat pilar tersebut ialah digital skill, digital ethics, digital culture, dan digital safety. Digital skill merupakan keterampilan digital di bidang informasi dan literasi data. Digital ethics adalah etika masyarakat dalam menggunakan teknologi. 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...