Kementerian BUMN Dorong Petani Naik Kelas Lewat Program Makmur
Menteri BUMN Erick Thohir sedang berupaya untuk menaikkan jumlah petani menjadi 1,2 juta melalui Program Makmur.
“Program ekosistem Makmur memastikan pembukaan lapangan kerja dan berupaya meningkatkan pendapatan petani hingga 46 persen lebih tinggi dari sebelumnya,” ujar Erick, sebagaimana dikutip dari CNN Indonesia.
Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), Nilai Tukar Petani (NTP) nasional pada Februari 2022 sebesar 108,83, naik 0,15 persen dari bulan sebelumnya. Hal ini menggambarkan adanya kenaikan tingkat kesejahteraan para petani.
Merunut setahun kebelakang, kenaikan NTP berjalan konsisten. Hal ini ditunjang oleh naiknya harga beberapa komoditas selama pandemi.
Erick menambahkan penambahan jumlah petani ini penting untuk memenuhi kebutuhan sumber daya manusia di bidang pertanian yang sedang menargetkan swasembada pangan.
Program Makmur diinisiasi oleh beberapa perusahaan BUMN yang dipimpin oleh Pupuk Indonesia.
Berbagai perusahaan BUMN lainnya adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Syariah Indonesia Tbk, PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero), PT Perkebunan Nusantara III (Persero), dan ID FOOD, yang dulunya bernama PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero).
Program ini menghubungkan berbagai jaringan pertanian, mulai dari project leader, asuransi, lembaga keuangan, teknologi pertanian, hingga pemerintah daerah.
Petani yang bergabung dalam program ini tidak hanya akan mendapatkan bantuan keuangan, tapi juga berbagai macam pendampingan teknis untuk mampu menggenjot produktivitas dan kualitas panen.
Bahkan, program ini juga telah menyiapkan langkah mitigasi berupa penyediaan asuransi terhadap risiko gagal panen.
"Tidak mungkin pada saat seperti ini, kita berdiri sendiri-sendiri, kita harus gotong royong, apalagi Covid-19 ini menekan tidak hanya kesehatan kita, tapi juga ekonomi,” ujar Menteri Erick pada sebuah kesempatan tahun lalu, dikutip dari Kompas.com.
Erick menambahkan langkah intervensi pemerintah mutlak diperlukan guna memulihkan kondisi perekonomian, karena pandemi Covid-19 juga telah membuat kesenjangan sosial.
Saat ini, Program Makmur telah dilaksanakan di berbagai provinsi dan menyasar berbagai komoditas pangan. Misalnya, tebu, kelapa sawit, jagung, dan lainnya.
Berdasarkan data kementerian BUMN hingga akhir Maret 2021 secara nasional, Program Makmur beranggotakan 60.838 petani yang mengelola 87.463 hektar lahan. Luasan lahan terbesar dikelola oleh PT Pupuk Indonesia dengan 71.191 hektar lahan, yang digarap oleh 55.119 petani.
Setelah itu, ID FOOD mengelola 11.067 hektar yang digarap oleh 4.178 petani. Selanjutnya, PT Perkebunan Nusantara yang mengelola lahan 5.206 hektar yang digarap oleh 1.541 petani.
Dari luasan lahan secara nasional tersebut, 31.178 hektar digunakan untuk menanam padi. Produktivitas tercatat naik 34 persen dan keuntungan naik 45 persen.
Di tempat kedua, 17.021 hektar lahan digunakan untuk menanam tebu, yang nantinya diolah menjadi gula kristal putih.
Berdasarkan catatan Kementerian BUMN, produktivitas terkerek 12,5 persen dan keuntungan naik sebesar 61 persen.
Pengelola program juga telah mengalokasikan 17.595 hektar untuk menanam jagung.
Dari proses pengelolaan, tercatat bahwa produktivitas tergenjot 35 persen dan dapat mengerek keuntungan 48 persen.
PT Pupuk Indonesia menargetkan total luasan tanam Program Makmur seluas 250,000 hektar yang tersebar di seluruh Indonesia pada 2022, dengan penjualan pupuk non subsidi diharapkan bisa mencapai 125.000 ton.
Luasan lahan yang dikelola diharapkan bisa mencapai 4.000.000 hektar pada 2024. Sementara untuk jumlah petani yang terlibat pada 2024 tersebut ditargetkan mencapai 4.000.000 orang.
Salah satu kisah sukses Program Makmur terekam pada kenaikan hasil panenan jagung di Sumatera Barat, sebagaimana diceritakan oleh SVP Transformasi Bisnis PT Pupuk Iskandar Muda (PIM) M. Yusra
Yusra mengatakan produktivitas petani jagung meningkat dari yang sebelumnya hanya sekitar 6 ton per hektar, bahkan ada yang sama sekali tidak berbuah.
"Yang sudah ikut Program Makmur, telah nampak 1 pohon itu 3 tongkol, sebelumnya ada yang tidak berbuah dan menjadi malas tanam. Setelah ikut program bisa 2 tongkol sudah berhasil," ujar Yusra.
Melihat peningkatan produktivitas tersebut, Yusra dan timnya akan terus memperluas pelaksanaan Program Makmur di wilayah Sumatera Barat.
"Saya melihat antusias warga di sini untuk budidaya jagung luar biasa, sekarang sudah berduyun-duyun warga yan daftar program Makmur,” tambahnya
Ia melanjutkan bahwa terdapat potensi lahan berkisar 6.600 hektar di Tigo Nagari.
Program serupa telah lebih dahulu dibuat oleh Kadin (Kamar Dagang dan Industri Indonesia), yaitu Program Kemitraan Close Loop Agribisnis Hortikultura.
Program ini berupaya meningkatkan daya saing komoditas pertanian melalui pengembangan ekosistem agribisnis yang efisien dan terintegrasi dari hulu ke hilir.
Selain daya saing, pemerintah juga berharap untuk dapat mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri dengan harga yang terjangkau.
Kemitraan ini menyediakan mulai dari bibit tanaman unggulan, lahan tambahan hingga praktik agrikultur berupa pelatihan sumber daya dan penyediaan off taker yang akan menampung semua hasil tanam.
Untuk mendukung pelaksanaan berbagai strategi ini, kemitraan juga menyediakan skema pembiayaan.
“Gotong royong menjadi kunci untuk membangun mata rantai yang kuat. Kadin akan mendorong sektor pertanian secara konsisten dan menarik masuk para investor,” ujar Wakil Ketua Umum Kadin Koordinator bidang perekonomian Franky Oesman Widjaja kepada katadata.co.id beberapa waktu lalu.
(Tim Riset Katadata)