KTT G20 di Indonesia Dinilai Memberi Hasil Nyata
Gelaran Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT G20 selama 15 – 16 November di Bali dinilai memberikan hasil nyata bagi Indonesia. Hasil yang dimaksud seperti komitmen yang dikejar oleh pemerintah dari negara lain, kini terealisasi.
“Yang sebelumnya tidak pernah terwujud, itu komitmen dalam bentuk nyata, ketersediaan dana, bantuan, dan lainnya,” kata Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah Redjalam dalam program Katadata Special Report G20 yang disiarkan di kanal YouTube Katadata Indonesia, Rabu (16/11).
Komitmen-komitmen tersebut akan memunculkan upaya konkret, baik itu pandemic fund, transformasi energi dan digital, serta pembangunan infrastruktur.
“Kita bisa membayangkan, setelah ini seharusnya ada upaya-upaya lebih konkret untuk mewujudkan apa yang sudah menjadi komitmen tersebut," katanya.
Pandemic fund adalah lembaga atas komitmen nyata para pemimpin G20 untuk mengantisipasi masalah kesehatan ke depan. Dana berasal dari negara anggota G20 dan filantropi.
Indonesia berkomitmen US$ 50 juta untuk pandemic fund. Total dana terkumpul US$ 1,4 miliar dari 20 kontributor, yakni anggota G20, negara non-G20, dan tiga lembaga filantropi dunia.
Piter menilai Pandemic Fund dibutuhkan, bila becermin pada pandemi Covid-19 sejak awal 2020. “Sejak awal ini gagasan Indonesia karena merespons pandemi," katanya.
Selama ini, belum ada lembaga yang membantu suatu negara bila terjadi permasalahan kesehatan. IMF dan Bank Dunia misalnya, membantu negara jika mengalami masalah keuangan.
“Ketika terjadi permasalahan kesehatan, tidak ada lembaga maupun protokol, bagaimana membantu negara yang mengalami permasalahan itu," ujar Piter.
Sedangkan masalah kesehatan yang dibiarkan, bisa berdampak terhadap krisis global. "Artinya, memang membutuhkan lembaga dan protokol untuk menyelamatkan global dalam hal kesehatan, yang disebut sebagai arsitektur kesehatan global," katanya.
Ia juga menyebutkan dua faktor pendukung hasil dari gelaran KTT G20, yakni:
1. Adanya pandemi dan perang
Ini ‘memaksa’ Indonesia memainkan peran sebagai presidensi secara lebih optimal.
2. Sosok Presiden Joko Widodo (Jokowi)
Jokowi dinilai memiliki track record hubungan yang cukup baik. “Saya kira ini membantu sekali di dalam komunikasi yang dibangun oleh Pak Jokowi sebagai presidensi G20," ujarnya.