Langkah Ridwan Kamil Gabung Golkar Ubah Peta Politik Jelang Pilpres
Langkah Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil bergabung dengan Partai Golkar mendapat respons dari berbagai pihak. Direktur Eksekutif Aljabar Strategic Arifki Chaniago menilai Ridwan Kamil memiliki posisi strategis sehingga keputusannya bergabung dengan Partai Beringin membuka peluang adanya perubahan konstelasi politik jelang pemilihan presiden atau Pilpres 2024.
"Banyak kemungkinan yang bakal mengubah konstelasi Pilpres 2024, terutama dengan bergabung nya Kang Emil ke Partai Golkar," kata Arifki seperti dikutip dari Antara, Jumat (20/1).
Menurut Arifiki jejak pemilu 2014 dan 2019 menempatkan Golkar dalam posisi biasa lantaran gagal menempatkan kader sebagai calon presiden dan calon wakil presiden. Padahal secara hasil pemilu Golkar berada di urutan kedua.
Bergabungnya Ridwan Kamil menjadi kader Partai Golkar dinilai Arifki akan membawa nuansa baru bagi Partai Beringin. Golkar bisa menarik segmen baru dalam memperlebar pemilihnya, khususnya pada segmen pemilih pemula dan muda yang masuk dalam kategori generasi milenial dan generasi Z.
Selain itu, menurut Arifki, kehadiran Ridwan memberi alternatif baru bagi Golkar dalam bursa pilpres apabila Ketua Umum Airlangga Hartarto gagal maju pada Pilpres 2024. Hal itu bisa saja terjadi lantaran Ridwan juga memiliki basis suara di Jawa Barat yang menjadi kunci di Pilpres 2024 mendatang.
"Nilai jual Kang Emil itu tentu sebagai Gubernur Jawa Barat yang basis suaranya sangat menjanjikan sebagai capres atau cawapres. Ya, itu tergantung Golkar lagi mau atau tidak usung Kang Emil," ujarnya.
Di sisi lain, Arifki menilai Partai Amanat Nasional dan Partai Persatuan Pembangunan yang menjadi mitra Golkar dalam Koalisi Indonesia Bersatu juga telah dilirik dan melirik figur lain. PAN misalnya mulai membangun kedekatan dengan Erick Thohir dan PPP sedang membangun komunikasi dengan Sandiaga Uno.
Arifki menegaskan, masuknya Ridwan Kamil akan mengubah peta politik di koalisi. Ia menilai lamanya deklarasi capres dan cawapres yang diusung KIB membawa publik berasumsi bahwa KIB identik dengan figur-figur baru yang populer.
"KIB harus segera deklarasi capres yang berasal dari Ketua Umum. Jika masih terlalu lama memberikan kepastian itu terhadap publik. Wajar saja kan publik menilai KIB bakal menjadi kendaraan untuk Kang Emil, Erick Thohir, Sandiaga Uno, bahkan seorang Ganjar Pranowo," kata Arifki lagi.
Sebelumnya, Rabu (18/1), Ridwan Kamil resmi menerima kartu tanda anggota Partai Golkar dan dipercaya menjadi Wakil Ketua Umum Bidang Penggalangan Pemilih dan co-chair Badan Pemenangan Pemilu Partai Golkar.
"Saya sebenarnya tidak meminta, terserah Pak Airlangga. Tapi Pak Airlangga berbaik hati menempatkan saya di posisi Wakil Ketua Umum di (bidang) Penggalangan Pemilih dan co-chair Bappilu, Badan Pemenangan Pemilu," kata Ridwan.
Menurut Ridwan, bergabungnya ia dalam partai Golkar tidak berkaitan dengan kontestasi pilpres. Ia menyatakan sebagai kader partai menyerahkan urusan capres dan cawapres kepada Ketua Umum Partai.
"Saya fatsun terhadap keputusan organisasi. Maka ke mana-mana keputusan partai terkait Pak Airlangga sebagai capres pun itu akan saya narasikan ke mana-mana," kata Ridwan berdiplomasi.
Sementara Dosen Politik dari Universitas Al Azhar Ujang Komaruddin mengatakan, berlabuhnya Ridwan di Partai Golkar tidak menyasar target Pilpres. Ia menyebut, Ridwan tengah mengamankan dukungan untuk kembali maju dalam pemilihan kepala daerah periode kedua.