RI Kuasai 23% Cadangan Dunia, Hilirisasi Nikel Bakal Kerek Investasi
Riset terbaru yang dikeluarkan DBS Group Research memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 akan bergerak di atas 5% mengikuti capaian pada 2022 di angka 5,3%. DBS memperkirakan membaiknya pertumbuhan ekonomi akan diikuti pula dengan peningkatan minat investasi asing atau Foreign Direct Investment (FDI).
Ekonom Senior DBS Group Research Maynard Priajaya Arif mengatakan salah satu alasan utama di balik lompatan FDI adalah adanya upaya serius dalam menjalankan hilirisasi dengan menggesa proyek smelter. Adapun total nilai FDI pada 2022 mencapai Rp 1.207,2 triliun dan diproyeksikan akan mencapai Rp 1.400 triliun pada 2023.
Menurut Arif, peningkatan FDI ditopang oleh program hilirisasi yang terus dilakukan pemerintah. Sepanjang 2021 pemerintah telah membangun 17 smelter dan dilanjutkan dengan pengerjaan 31 smelter dengan prioritas pada hilirisasi nikel.
“Sebagai kebijakan prioritas untuk tak lagi melakukan ekspor bijih dan mengembangkan nilai, kebijakan pembatasan ekspor bijih nikel telah mendorong kemajuan pembangunan smelter,” ujar Arif.
Berdasarkan data pemerintah, Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia dengan total cadangan 21 juta metrik ton. Jumlah ini merupakan 23,7% dari cadangan dunia. Adapun industri utama yang mendapat manfaat dari cadangan nikel adalah industri kendaraan listrik.
Arif menilai, dengan kapasitas produksi olahan nikel yang terus bertambah, Indonesia muncul menjadi eksportir baja nirkarat terbesar dalam dua tahun terakhir. Perubahan ini diperoleh dari perubahan kebijakan dari importir logam olahan di masa lalu menjadi eksportir yang diperhitungkan.
Lebih jauh Arif menilai, investasi asing di Indonesia pada 2023 akan terus meningkat seiring dengan adanya kebijakan larangan ekspor bauksit yang akan diberlakukan mulai Juni 2023 mendatang. Kebijakan ekspor diharapkan bisa mendorong peningkatan produksi alumunium lokal.