Pendidikan & Pekerjaan, Aspek yang Meningkatkan Kualitas Hidup Pemuda

Shabrina Paramacitra
Oleh Shabrina Paramacitra - Tim Publikasi Katadata
3 April 2023, 11:06
Siswa mengikuti pelatihan merakit gawai di ruangan pelatihan IT Gedung Papua Youth Creative Hub, Distrik Abepura, Kota Jayapura, Papua, Senin (13/3/2023). Gedung yang rencananya akan diresmikan Presiden Joko Widodo tersebut dilengkapi sejumlah fasilitas u
ANTARA FOTO/Sakti Karuru/aww.
Siswa mengikuti pelatihan merakit gawai di ruangan pelatihan IT Gedung Papua Youth Creative Hub, Distrik Abepura, Kota Jayapura, Papua, Senin (13/3/2023). Gedung yang rencananya akan diresmikan Presiden Joko Widodo tersebut dilengkapi sejumlah fasilitas untuk menunjang minat, bakat dan kreativitas anak-anak muda di Tanah Papua agar lebih kreatif dan berkembang.

Pendidikan dan pekerjaan adalah dua hal yang sangat penting. Kedua aspek tersebut sangat dibutuhkan untuk mendorong kualitas hidup yang baik bagi generasi Y dan Z di Indonesia. 

Kaum muda Indonesia menginginkan akses pendidikan baik dan pekerjaan yang layak. Hal itu terungkap dalam laporan Next Generation Indonesia yang dipublikasikan British Council. Riset yang dilakukan terhadap 3.093 responden tahun lalu itu menunjukkan, anak muda menginginkan akses pendidikan yang lebih terbuka. 

Sayangnya, ada banyak faktor yang membuat mereka tidak dapat mencapainya. Tekanan keluarga dan keterbatasan keuangan, misalnya. Hal tersebut menjadi penyebab utama putus sekolah, terutama di kawasan pedesaan. 

Sebanyak 34 persen responden mengalami putus sekolah sebelum menginjak bangku sekolah menengah atas (SMA). Itu terjadi akibat pendapatan keluarga yang rendah. Lebih jauh, 10 persen responden harus bekerja untuk ikut menafkahi keluarga.

Perempuan dan pemuda di pedesaan bahkan merasakan beban keuangan yang lebih berat. Sebanyak 43 persen remaja perempuan juga mengalami putus sekolah sebelum SMA karena masalah keuangan keluarga. 

Alasan yang sama diungkapkan oleh 27 persen remaja laki-laki dan 39 persen kaum muda pedesaan. Di perkotaan, alasan pendapatan keluarga yang rendah menjadi penyebab putus sekolah bagi 23 persen kaum remaja. 

Putus sekolah juga menjadi nasib yang dialami kaum muda di kawasan timur Indonesia, seperti Papua dan Nusa Tenggara Timur (NTT). Tak hanya ihwal kelanjutan pendidikan, pelajar di kawasan tersebut juga dihadapkan pada kurangnya fasilitas pendidikan yang laik. 

Misalnya, bangunan sekolah yang rusak, kurangnya jumlah ruang kelas, kualitas pengajaran yang buruk, ketiadaan sarana komputer untuk belajar, dan lain-lain.

“Sekolah di desa saya memiliki fasilitas yang tidak memadai untuk para siswa. Mereka pergi ke sekolah dan belajar dengan bahan pembelajaran yang terbatas, fasilitas sekolah yang buruk, dan alat transportasi masih sangat buruk,” ujar seorang responden perempuan berusia 20 tahun dari Kota Kupang, NTT, sebagaimana dikutip dari laporan Next Generation Indonesia.

Di kawasan timur Indonesia, hanya 35 persen responden yang menganggap bahwa menyelesaikan sekolah menengah itu penting. Persepsi yang sama diutarakan oleh 46 persen responden di kawasan barat Indonesia. 

Orang-orang di kawasan timur Indonesia cenderung merasa bahwa sistem pendidikan tidak cukup membekali mereka untuk hidup dan bekerja. Hanya 30 persen responden yang merasa bahwa pendidikan bisa membantu mendapatkan pekerjaan. Di kawasan barat Indonesia, jumlah ini lebih tinggi, yakni mencapai 38 persen. 

Namun, pada sisi lain, orang-orang yang tidak melanjutkan sekolah sering kali berharap masuk ke sistem pendidikan. Para responden yang putus sekolah menyesali keputusan mereka, dan ingin kembali belajar di sekolah jika ada kesempatan. 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...