Top Stories: Investor Cemas Harga Minyak Turun, Jejak Kelabu IMF di RI

Aryo Widhy Wicaksono
5 Juli 2023, 11:38
Aktivitas Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Selasa (14/6/2022).
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/rwa.
Aktivitas Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES) di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Selasa (14/6/2022).

Harga minyak mentah berjangka turun pada akhir perdagangan Senin (3/7) waktu setempat. Investor cemas permintaan minyak akan tertekan oleh prospek perlambatan ekonomi global dan kemungkinan kenaikan suku bunga AS.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus turun 85 sen atau 1,2 persen, menjadi US$ 69,79 per barel di New York Mercantile Exchange.

Sementara harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September merosot 76 sen atau 1,01 persen, menjadi US$ 74,65 per barel di London ICE Futures Exchange.

Berita mengenai anjloknya harga minyak menjadi artikel yang memiliki minat baca tertinggi atau Top Stories Katadata.co.id pada Selasa (4/7). Selain itu, simak juga artikel mengenai utang Indonesia, dan sejarah kelabu hubungan Indonesia dengan IMF.

Berikut Top Stories Katadata.co.id:

1. Harga Minyak Anjlok, Kontraksi Manufaktur AS Semakin Dalam

Investor mengkhawatirkan permintaan minyak akan tertekan oleh prospek perlambatan ekonomi global dan kemungkinan kenaikan suku bunga AS.

Kekhawatiran investor tersebut melebihi dampak yang ditimbulkan akibat pemotongan produksi tambahan dari Arab Saudi dan Rusia. Arab Saudi akan memperpanjang pemotongan produksi sukarela 1 juta barel per hari hingga Agustus.

Sementara Rusia berencana memangkas ekspor minyak sebesar 500.000 barel per hari pada Agustus. Langkah tersebut diumumkan secara resmi oleh kedua negara pada Senin (3/7/2023).

Pemotongan berjumlah 1,5 persen dari pasokan global dan menjadikan total yang dijanjikan oleh produsen minyak OPEC+ menjadi 5,16 juta barel per hari. Harga minyak melonjak karena berita tersebut tetapi kembali anjlok setelah rilis indikator manufaktur pada Senin (3/7/2023) sore.

Simak analisis kekhawatiran investor mengenai harga minyak anjlok.

2. Dari Ayam hingga Saham, Profil Asep Sulaiman Subanda, Si Sultan Subang

Harga saham PT Berkah Beton Sadaya Tbk masih tak menunjukkan kenaikan meskipun telah diborong pemiliknya, Asep Sulaeman Sabanda. Sebelumnya, perdagangan saham BEBS sempat dihentikan sementara selama hampir lima bulan.

Dari keterbukaan informasi BEI, diketahui pria berjulukan Sultan Subang itu membeli dengan harga rata-rata sangat rendah, hanya Rp 10 per saham. “Tujuan transaksi yaitu investasi,” tulis laman BEI.

Adapun transaksi Asep ini dilakukan pada 26 Juni 2023, saat BEBS berada pada batas bawah Rp 50.

Dari pantauan Katadata.co.id, perusahaan sudah berada di zona gocap sejak 22 Juni 2023. Dengan aksi tersebut, kepemilikan Asep meningkat menjadi 2,62 miliar saham atau setara 5,84%. Sebelumnya, ia hanya punya 2,02 miliar saham BEBS atau 4,51%.

Tidak hanya membeli saham, Asep juga memiliki jabatan baru di perusahaannya. Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan pada Jumat lalu, dua komisaris dan lima direktur BEBS mengundurkan diri. Akhirnya Asep naik sebagai komisaris utama BEBS.

Baca sepak terjang Sultan Subang dari awal meniti karir hingga jadi pengusaha sukses.

3. Indonesia Bebas dari Utang IMF, Bagaimana ke Bank Dunia dan Lainnya?

Pemerintah menegaskan, utang Indonesia ke Dana Moneter Internasional atau IMF telah lama lunas. Utang Indonesia ke IMF kembali ramai dibahas setelah lembaga itu menyarankan Indonesia mencabut larangan ekspor komoditas secara bertahap.

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan, Indonesia sudah terbebas dari utang IMF bahkan sejak masih era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Hal itu dipertegasnya lantaran menganggap IMF ikut campur dengan kebijakan hilirisasi Indonesia dengan menyarankan mencabut bertahap kebijakan larangan ekspor komoditas mentah.

Menteri Keuangan Sri Mulyani turut mengkonfirmasi bahwa kewajiban Indonesia ke IMF sudah sejak lama lunas. Pinjaman Indonesia ke IMF terkait krisis moneter 1997-1998.

"Waktu itu sudah kita lunasi semua, jadi sudah tidak ada utang ke IMF," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani saat ditemui di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (4/7).

Lantas, bagaimana dengan utang Indonesia ke lembaga keuangan internasional lainnya? Simak ulasan utang Indonesia ke Bank Dunia dan lembaga lainnya.

4. Minta Buka Ekspor Bijih Nikel, Ini Sejarah Indonesia Terbuai IMF

International Monetary Fund atau IMF meminta pemerintah Indonesia melonggarkan kebijakan larangan ekspor bijih nikel dalam laporan berjudul, 'IMF Executive Board Concludes 2023 Article IV Consultation with Indonesia'.

Menteri Keuangan Sri Mulyani berpandangan sah-sah saja IMF memiliki pandangan itu. Sebab, menurut dia, IMF tidak dapat menyetir kebijakan yang diambil oleh pemerintah Indonesia.

"IMF boleh punya pandangan yang tertuang dalam article IV mereka, tetapi Indonesia punya kebijakan yang bertujuan untuk memperkuat struktur industri kita," kata dia, Selasa (4/7).

Tanggapan serupa diberikan oleh Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia. Ia menganggap IMF sedang memainkan standar ganda.

Jejak kelabu IMF dengan Indonesia bermula melalui paket-paket kebijakannya pertama kali pada Kamis, 15 Januari 1998. Saat itu Presiden Soeharto terjepit berbagai krisis di dalam negeri yang bermula dari krisis keuangan.

Dalam buku 'Terjajah di Negeri Sendiri', ekonom Revrisond Baswir, Deddy Heriyanto dan Rinto Andriyono menyebutkan krisis yang melanda Indonesia pada 1988 dapat dilacak dari krisis mata uang di Thailand pada 1997.

Baca lebih lengkap mengenai sejarah Indonesia yang terbuai IMF.

5. SKK Migas Prediksi Investasi Migas Masih Tinggi Hingga 2026

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memproyeksikan investasi migas, khususnya di sektor hulu, masih cukup tinggi hingga 2026 seiring adanya portofolio investasi yang mencapai total US$ 45,98 miliar atau sekitar Rp 690 triliun.

Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf mengatakan tingginya investasi di sektor hulu migas juga terjadi pada 2022 lalu yang mencapai US$ 12,3 miliar atau setara Rp 184,5 triliun.

“Tingginya investasi ini juga terlihat dalam jangka waktu 2023-2026 yang akan datang. Terdapat portfolio sebanyak 127 proyek dengan total investasi US$ 45,98 miliar atau setara Rp 690 triliun,” katanya dalam Forum Kapasitas Nasional III 2023 Area Kalimantan-Sulawesi di Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa (4/7).

Nanang mengemukakan, untuk mencapai visi target produksi 1 juta barel minyak per hari (bopd) dan 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD), industri hulu migas membutuhkan investasi sekitar US$ 187 miliar, sekitar Rp 2,8 kuadriliun.

Angka tersebut menurutnya, memiliki dampak berlapis yang sangat besar dalam upaya mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.

Ketahui lebih banyak mengenai prediksi SKK Migas mengenai investasi tinggi hingga 2026.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...