Jokowi Bantah Bansos Pangan Penyebab Beras Langka dan Harga Melonjak

Muhamad Fajar Riyandanu
15 Februari 2024, 14:08
Presiden Joko Widodo didampingi Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi (kanan) berbincang dengan warga penerima manfaat pada acara Penyaluran Bantuan Pangan Cadangan Beras Pemerintah di Gudang Bulog, Telukan, Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis (1/2/2024)
ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/Spt.
Presiden Joko Widodo didampingi Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi (kanan) berbincang dengan warga penerima manfaat pada acara Penyaluran Bantuan Pangan Cadangan Beras Pemerintah di Gudang Bulog, Telukan, Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis (1/2/2024).
Button AI Summarize

Presiden Joko Widodo membantah bantuan sosial (bansos) pangan beras yang diberikan pemerintah kepada masyarakat mengerek kenaikan harga. Sebaliknya Jokowi mengatakan bansos untuk pengendalian harga beras di pasar.

"Tidak ada hubungannya sama sekali (kenaikan harga beras) dengan bantuan beras. Karena justru ini (bansos pangan) yang bisa mengendalikan, karena suplainya lewat bansos ke masyarakat," kata Jokowi usai meninjau stok beras di Pasar Induk Cipinang, Jakarta, Kamis (15/2).

Jokowi mengatakan bansos pangan yang diberikan pemerintah memenuhi kebutuhan beras di masyarakat, sehingga menahan atau membantu mengendalikan harga beras agar tidak naik.

"Sehingga justru itu menahan harga tidak naik, kalo nggak justru malah melompat. Ini rumus suplai dan demand. Suplainya diberikan dan terdistribusi dengan baik, otomatis harga terkendali," katanya.

Joko Widodo mengatakan penyebab kelangkaan beras dan meningkatnya harga beras belakangan disebabkan hasil panen belum masuk ke pasar.

Selain itu, distribusi juga terpengaruh oleh banjir, misalnya yang terjadi di Grobogan, Demak, Jawa Tengah. "Tapi saya kira sudah diselesaikan lewat pengiriman dari Bulog ke daerah, ke Pasar Induk Cipinang," jelasnya.

Presiden berharap dalam satu-dua pekan ke depan harga beras akan mulai turun.

Adapun dalam kunjungannya ke Pasar Induk Cipinang, Jokowi menyebut stok beras melimpah dan akan segera didistribusikan ke pasar ritel, supermarket dan daerah.

Sebelumnya, Ikatan Pedagang Pasar Indonesia atau Ikappi menyebut, tingginya harga beras di pasar disebabkan oleh desinkronisasi data pasokan beras di pasar tradisional dan penerima bansos pangan.

Sekretaris Jenderal Ikappi Reynaldi Sarijowan mencatat, harga beras medium di pasar telah mencapai Rp 13.500 per kilogram. Sedangkan, harga beras premium kini menyentuh Rp 18.500 per kg.

"Ada beberapa data dalam program bantuan pangan dan data pasokan di pasar. Hal tersebut penting agar ada keberlangsungan bagi pasar tradisional dan harga beras di pasar tradisional tidak tinggi," kata Reynaldi kepada Katadata.co.id, Senin (12/2).

Badan Pangan Nasional mendata, rata-rata nasional harga beras medium telah naik Rp 300 per kilogram sepanjang Februari 2024 menjadi Rp 13.830 per kg. Sementara itu, rata-rata nasional harga beras premium naik Rp 370 per kg menjadi Rp 15.570 per kg.

Bapanas mencatat, ada tambahan sekitar 700.000 KPM atau 8% dibandingkan KPM tahun lalu menjadi 22 juta Keluarga Penerima Manfaat atau KPM pada bantuan pangan selama kuartal pertama tahun ini. Bantuan pangan yang disalurkan Bapanas adalah sebanyak 10 kilogram kepada 22 juta KPM.

Reynaldi menyampaikan, pedagang pasar tradisional telah memiliki data pasokan beras. Menurutnya, data tersebut harus dilengkapi dengan data penerima bansos agar pedagang bisa mengatur harga beras di pasar.

"Ikappi mendorong agar pemerintah berhati-hati dengan lonjakan beras dan sulitnya ketersediaan beras di pasar tradisional. Ini penting karena ini momen politik," ujarnya.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu
Editor: Yuliawati

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...