Alasan Menkes Salurkan Vaksin AstraZeneca Meski Picu Sindrom Langka

Muhamad Fajar Riyandanu
3 Mei 2024, 19:56
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin booster saat penyuntikan vaksin di Mal Kota Kasablanka, Jakarta, Rabu (26/1/2022). Vaksin Booster yang disediakan adalah vaksin jenis Pfizer, berlaku bagi peserta yang sudah vaksin lengkap hingga dosis ke-2 dengan jen
Muhammad Zaenuddin|Katadata
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin booster saat penyuntikan vaksin di Mal Kota Kasablanka, Jakarta, Rabu (26/1/2022). Vaksin Booster yang disediakan adalah vaksin jenis Pfizer, berlaku bagi peserta yang sudah vaksin lengkap hingga dosis ke-2 dengan jenis vaksin Sinovac atau AstraZeneca, telah menerima tiket vaksin ke-3 pada aplikasi PeduliLindungi, dan berusia 18 tahun ke atas.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin angkat suara soal pengakuan AstraZeneca (AZ) yang menyebutkan vaksin Covid-19 produksinya bisa menimbulkan sindrom langka. Budi memastikan belum ada penemuan sindrom langka yang dipicu vaksin tersebut di Indonesia.

Sebelumnya, perusahaan farmasi asal Inggris itu mengatakan Vaksin AZ dalam situasi yang sangat jarang bisa memicu Thrombosis with Thrombocytopenia Syndrome. Penyakit ini menyebabkan beberapa orang mengalami pembekuan darah dan penurunan trombosit dalam darah.

Menanggapi itu, Budi mengatakan bahwa kejadian serupa juga telah mencuat sejak masa Pandemi Covid-19 lalu. Dia mengakui ada risiko kecil dari penggunaan vaksin AZ.

Dia mengatakan , pemerintah tetap menyalurkan vaksin AZ untuk program vaksinasi nasional, kendati telah menemukan indikasi risiko tersebut. Pengedaran vaksin AZ di dalam negeri mengacu pada hasil kajian dan persetujuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait manfaat penggunaan vaksin AZ.

"WHO bilang bahwa benefitnya lebih besar dari pada risiko, sehingga waktu itu diberikan izin untuk dijalankan di seluruh dunia," kata Budi di Istana Merdeka Jakarta pada Jumat (3/5).

Mantan Wakil Menteri BUMN itu menambahkan bahwa mekanisme serupa juga diterapkan oleh Pemerintah Indonesia. Sebelum mengedarkan sejumlah vaksin Covid-19 secara domestik, pemerintah meminta lembaga independen Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) untuk mengkaji dampak dan benefit dari vaksin-vaksin berteknologi messenger RNA atau mRNA yang mayoritas berasal dari luar negeri seperti AZ, Pfizer, dan Moderna.

Vaksin mRNA tidak menggunakan virus atau kuman yang dilemahkan atau dimatikan, melainkan komponen materi genetik yang direkayasa agar menyerupai kuman atau virus tertentu. Dengan demikian, vaksin ini dapat memicu reaksi kekebalan tubuh layaknya virus dan kuman yang dilemahkan pada vaksin biasa.

"Teknologi mRNAini kan baru saat itu, maka pemerintah minta untuk dilakukan kajian dan kesimpulannya dilihat benefit dan risikonya. Dan pertimbangannya waktu itu adalah benefitnya lebih besar untuk melindungi masyarakat secara umum dibandingkan risikonya," ujar Budi.

Pada kesempatan tersebut, Budi melaporkan belum ada temuan kasus efek samping di dalam negeri yang ditimbulkan oleh Vaksin AZ sejauh ini. "Di kita, saya cek tidak ada," ujar Budi.

Dia mendorong masyarakat yang ingin melakukan vaksinasi lanjutan agar tidak khawatir mengenai kabar vaksin AZ yang berpotensi bisa memicu sindrom langka. Alasannya, seluruh stok vaksin Covid-19 yang ada di Indonesia saat ini merupakan produksi dalam negeri, yakni jenis Inavac dan Indovac.

"Produksi dalam negeri teknologinya relatif jauh lebih aman," kata Budi.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...