Kilas Balik Pusat Data Nasional: Dibangun dengan Utang, Kini Diserang
Pusat Data Nasional (PDN) menjadi perbincangan setelah 56 layanan publik tidak bisa diakses awal pekan ini. Sistem layanan paspor di bandara dan pelabuhan termasuk salah satu yang terdampak cukup serius.
Permasalahan tumbangnya pusat data pemerintah ini belakangan baru diketahui disebabkan serangan ransomware. Merujuk halaman resmi Microsoft, Ransomware adalah sejenis program jahat atau malware yang mengancam korban dengan menghancurkan atau memblokir akses ke data atau sistem penting.
Berdasar hasil penelusuran, serangan ransomware ke pusat data nasional ini sudah terjadi sejak 20 Juni lalu. Pelaku bahkan meminta uang tebusan US$ 8 juta atau sekitar Rp 131 miliar.
Lalu apa itu Pusat Data Nasional dan bagaimana proyek ini dibentuk? Pusat Data Nasional merupakan program yang digagas era menteri Komunikasi dan Informatika Johnny Gerard Plate. Konsepnya, PDN akan menampung seluruh data milik pemerintah dalam satu server internal.
Pada awal pembangunan, proyek ini disebut bernilai 164.679.680 euro. Bila merujuk kurs Euro per 28 Juni sebesar Rp 17.551 maka nilai proyek mencapai Rp 2,89 triliun. Pembangunan PDN sendiri didanai dari utang kepada pemerintah Prancis (85%) dan sisanya merogoh APBN.
Pusat Data Nasional berlokasi di Kawasan Deltamas Industrial Estate, Cikarang dengan rujukan SNI 81799-2019. Pembangunan PDN secara fisik bermula dari peletakan batu pertama pada November 2022.
Secara keseluruhan proyek ini diperkirakan akan rampung berikut terhubungnya seluruh data nasional pada Oktober 2024. Layanan ini akan mencakup 25.000 prosesor dengan kapasitas penyimpanan 200 TB dan keamanan tier 4.
Pusat Data Nasional Sementara
Dalam proses pembangunan PDN, pemerintah telah membentuk Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) yang saat ini tumbang dan hanya bersisa 2% data. Pusat sementara ini dipakai menunggu proyek utama rampung.
Merujuk data kominfo, PDNS tersebar di tiga wilayah. Proyek ini dijalankan oleh dua operator telekomunikasi yakni PT Telkom (TLKM) dan Indosat (ISAT).
Perinciannya, Indosat melalui PT Lintasarta mengoperasikan satu pusat data nasional sementara (PDNS) di Serpong. Sementara itu, PT Telkom (TLM) mengoperasikan pusat data di Surabaya dan satu cold site di Batam.
Tumbangnya PDNS disebutkan karena serangan kepada pusat data Telkom yang di Surabaya. Selanjutnya sistem perlindungan yakni Windows Defender tumbang pada 20 Juni 2024.
"Pada 20 Juni 2024 pukul 00.55 WIB, diketahui Windows Defender mengalami crash dan tidak bisa beroperasi," kata Menkominfo Budi Arie dalam Rapat Kerja Komisi I DPR kemarin, Kamis (27/6).
Hingga kini pemerintah terus berupaya mengembalikan Pusat Data Nasional hingga bisa berfungsi maksimal lagi. Berdasarkan catatan Kemenkominfo setidaknya 24 data kementerian dan 32 Lembaga terdampak akibat serangan ini. Sebanyak 210 layanan public baik pusat dan daerah ikut terimbas.