Top News: WIKA Gagal Bayar Obligasi dan 5 Fakta Pabrik Emas Freeport

Agus Dwi Darmawan
18 Maret 2025, 08:55
Top News: WIKA Gagal Bayar dan QRIS Cara Pakai
ARIEF KAMALUDDIN | KATADATA
Top News: WIKA Gagal Bayar dan QRIS Cara Pakai

Ringkasan

  • IHSG diperkirakan akan mengalami aksi ambil untung karena investor telah menikmati penguatan pada pekan sebelumnya.
  • Data ekonomi yang kuat namun di bawah ekspektasi, seperti inflasi AS dan penjualan eceran, membuat investor cenderung melakukan aksi ambil untung.
  • Indo Premier Sekuritas merekomendasikan saham BBNI, CPIN, dan BBTN untuk perdagangan minggu ini.
! Ringkasan ini dihasilkan dengan menggunakan AI
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Berikut adalah Top News Katadata.co.id, ringkasan berita terbaik kemarin yang menjadi fokus isu dan banyak dibaca. Kami menghadirkan cuplikan informasi penting dari berbagai sektor, mulai dari perkembangan pasar modal hingga infrastruktur strategis nasional. Simak jejak Soetikno, pendiri Grup Dexa, di balik IPO Medela (MDLA) dan intip prospeknya, serta menakar prospek Pertamina Geothermal (PGEO) saat harga sahamnya turun di bawah harga IPO.

Selain itu, kami membahas peresmian pabrik emas Freeport oleh Prabowo yang diklaim sebagai yang terbesar di dunia, lengkap dengan 5 fakta menarik di baliknya. Kami juga mengulas kemudahan transaksi menggunakan QRIS Tap yang kini bisa digunakan di berbagai platform pembayaran digital seperti GoPay, DANA, hingga aplikasi bank.

Terakhir, kami akan membahas tantangan yang dihadapi oleh Wijaya Karya (WIKA) yang mengalami gagal bayar obligasi dan sukuk senilai Rp 1 triliun. Ringkasan ini diharapkan memberikan gambaran komprehensif tentang isu-isu ekonomi dan bisnis yang paling relevan saat ini.

Jejak Soetikno Pendiri Grup Dexa di Balik IPO Medela (MDLA), Intip Prospeknya


PT Medela Potentia Tbk (MDLA) akan melakukan IPO dengan melepas 25% sahamnya. Di balik IPO ini, terdapat sosok Hetty Soetikno, pemilik raksasa farmasi Dexa Group yang sebelumnya menguasai mayoritas saham MDLA. Setelah IPO, kepemilikan publik menjadi 25%, sementara Hetty Soetikno dan PT Ekon Prima mengalami dilusi kepemilikan.

Hetty Soetikno merupakan co-founder Dexa Medica Group, perusahaan farmasi yang telah mendunia. Medela Potentia melakukan distribusi ke luar negeri melalui PT Anugrah Argon Medica dan Dynamic Argon Co.LTD serta penjualan dan pemasaran di Indonesia dilakukan melalui PT Djembatan Dua.

MDLA optimistis dengan prospek bisnisnya, didukung fundamental perusahaan yang solid, sifat defensif industri kesehatan, program transformasi kesehatan pemerintah dan meningkatnya pembangunan rumah sakit di Indonesia.Bagaimana strategi Medela Potentia memanfaatkan peluang ini untuk mencapai target pertumbuhan pendapatan 11-12% di tahun 2025? Simak berita selengkapnya.

Menakar Prospek Pertamina Geothermal (PGEO) Saat Harga Saham Terjun di Bawah IPO

Saham PGEO mengalami penurunan harga di bawah harga IPO meskipun laba perusahaan masih positif. Hal ini terjadi meskipun laba bersih perusahaan tumbuh 0,3% yoy berkat penjualan uap dan listrik yang stabil, dengan kondisi keuangan yang solid dan dukungan dari transisi energi Indonesia yang menjadikan panas bumi sebagai faktor utama pertumbuhan.

INA Sekuritas merekomendasikan Buy dengan target harga Rp 1.230, mencerminkan potensi kenaikan 48%.


PGEO menargetkan proyek PLTP Lumut Balai Unit-2 dan co-generation untuk meningkatkan kinerja, menargetkan COD pada Mei-Juni 2025 untuk Lumut Balai Unit 2, namun dana IPO sebesar Rp 4,08 triliun masih mengendap.

Dana IPO tersebut rencananya akan digunakan untuk pengembangan internal, terutama dalam pengembangan organik melalui belanja modal (capex) di wilayah kerja panas bumi seperti Lahendong, Hululais, dan lainnya, serta untuk investasi pengembangan kemampuan digital. Lalu, apa strategi detail PGEO dalam mengelola dana IPO yang mengendap tersebut? Klik berita ini untuk membaca kelanjutannya. 

5 Fakta Pabrik Emas Freeport yang Diresmikan Prabowo, Terbesar di Dunia

Presiden Prabowo Subianto meresmikan pabrik Precious Metal Refinery (PMR) milik PT Freeport Indonesia (PTFI) di Gresik, Jawa Timur, yang merupakan fasilitas pemurnian lumpur anoda terbesar di dunia dengan proses hydrometallurgy.

Fasilitas ini terintegrasi dari pertambangan hingga pemurnian, menghasilkan emas dan perak dari lumpur anoda hasil pemurnian konsentrat tembaga, dengan kapasitas produksi emas mencapai 52 ton per tahun. Investasi untuk smelter tembaga dan seluruh komponennya mencapai Rp 68,79 triliun.

Meskipun sempat terjadi kebakaran, pembangunan pabrik tetap berlanjut dan telah memproduksi emas batangan sejak Desember 2024, bahkan mengirimkan emas batangan perdana ke PT Antam pada Februari 2025.

PTFI dan Antam telah menandatangani perjanjian jual beli emas, menjadikan PMR PTFI sebagai salah satu produsen emas batangan murni terbesar di Indonesia dengan kapasitas pemurnian signifikan. Ingin tahu lebih dalam mengenai dampak PMR ini terhadap industri emas Indonesia dan perkembangan hilirisasi selanjutnya? Baca berita selengkapnya.

Begini Cara Pakai QRIS Tap untuk Transaksi di GoPay, DANA, hingga Aplikasi Bank

Bank Indonesia telah meluncurkan QRIS Tap, sebuah inovasi pembayaran berbasis NFC yang saat ini baru tersedia untuk pengguna Android. Layanan ini memungkinkan pengguna untuk melakukan pembayaran dengan menempelkan ponsel mereka ke mesin EDC, memudahkan transaksi di berbagai merchant yang telah mendukung QRIS Tap.

Sebanyak 15 Penyedia Jasa Pembayaran (PJP) seperti BCA, BRI, GoPay, DANA, dan ShopeePay telah mengadopsi QRIS Tap, menawarkan cara yang lebih cepat dan praktis dalam bertransaksi.

Setiap aplikasi PJP memiliki cara penggunaan QRIS Tap yang sedikit berbeda, namun secara umum melibatkan pemilihan fitur QRIS Tap, pemilihan sumber dana, memasukkan PIN, dan menempelkan ponsel ke mesin EDC.

QRIS Tap sudah bisa digunakan di ribuan merchant, termasuk sektor retail, rumah sakit, UMKM, layanan parkir, dan transportasi umum seperti DAMRI, TemanBus, MRT, dan Royal Trans. Ingin tahu langkah detail penggunaan QRIS Tap di aplikasi favoritmu dan bagaimana pengalaman penggunaannya? Klik untuk Baca berita selanjutnya.

Wijaya Karya (WIKA) Alami Gagal Bayar Obligasi dan Sukuk Rp 1 Triliun

PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) mengalami gagal bayar pokok utang senilai US$61 juta (sekitar Rp 1 triliun) untuk dua surat utang yang jatuh tempo pada 18 Februari 2025, terdiri dari obligasi konvensional dan sukuk mudharabah.

Kegagalan ini mengindikasikan tekanan finansial yang melanda sektor konstruksi nasional akibat ekspansi infrastruktur besar-besaran. WIKA tengah mengkaji langkah-langkah terkait jatuh tempo utang ini dan berencana berkoordinasi dengan wali amanat serta mendekati kreditur untuk mendapatkan persetujuan.

Status gagal bayar WIKA menambah daftar tekanan finansial yang dihadapi sektor konstruksi, di mana total utang perusahaan konstruksi milik negara melonjak 12 kali lipat menjadi sekitar Rp 130 triliun dalam 10 tahun terakhir.

Tingginya beban utang jatuh tempo dan kenaikan suku bunga semakin memperparah kesulitan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial, bahkan memicu tekanan hukum dari kreditur. Bagaimana kelanjutan upaya WIKA mengatasi permasalahan utang ini? Temukan jawabannya dengan membaca artikel selengkapnya!. Klik berita ini untuk membaca kelanjutannya.

 

Reporter: Aryo Widhy Wicaksono

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...