Deretan Alutsista Bekas yang Digunakan TNI
Salah satu topik yang menjadi pembahasan dalam debat ketiga Pilpres 2024 pada Minggu (7/1), adalah mengenai alat utama sistem persenjataan atau alutsista.
Dalam debat, calon presiden (capres) nomor urut 1 Anies Baswedan mengkritik capres nomor urut 2 Prabowo Subianto, yang merupakan Menteri Pertahanan. Anies menyoroti kebijakan Kementerian Pertahanan yang kerap membeli alutsista bekas dengan dana besar.
Merespons kritik tersebut, Prabowo menyebut Anies tak mengerti masalah pertahanan. Ia menjelaskan, dalam dunia pertahanan, hampir 50% alutsista merupakan barang bekas.
Kebijakan pembelian perlengkapan militer bekas kerap dipilih oleh pemerintah, sebagai salah satu cara untuk melakukan peremajaan dan modernisasi perlengkapan pertahanan.
Daftar Alutsista Bekas yang Digunakan oleh Indonesia
Pembelian alat utama sistem persenjataan bekas memang tidak ideal. Namun, Indonesia memiliki keterbatasan dalam hal rasio belanja militer dengan produk domestik bruto (PDB) yang dijaga di bawah 1%.
Banyak alat utama sistem persenjataan yang digunakan oleh Tentara Nasional Indonesia atau TNI, saat ini merupakan alutsista bekas. Meski demikian, bukan berarti perlengkapan tersebut jelek kualitasnya. Sebaliknya, beberapa yang dibeli TNI, meski bekas tetapi masuk dalam jajaran perlengkapan militer modern.
Berikut ini beberapa contoh alat utama sistem persenjataan milik TNI, dari matra darat, laut, dan udara yang dibeli bekas.
1. Alutsista Matra Darat
Untuk matra darat, beberapa contoh alat utama sistem persenjataan yang dibeli bekas, antara lain:
Tank Leopard 2
TNI Angkatan Darat (TNI AD) mengoperasikan 42 unit Leopard 2A4 dan 61 units Leopard 2RI. Tank Leopard ini dibeli dari AD Jerman pada 2013 lalu.
Tank ini sebelumnya merupakan surplus AD Jerman, dan telah dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan Indonesia. Terutama Leopard 2S, yang banyak dimodifikasi untuk menyesuaikan dengan medan tropis Indonesia, sehingga namanya kemudian diubah dengan mengganti "S" dengan "RI", yang merupakan singkatan dari Republik Indonesia.
Marder 1A2S
TNI AD membeli 50 unit Marder 1A3 bekas pakai AD Jerman pada 2013 lalu. Pembelian alutsista bertipe Infantry Fighting Vehicle (IFV) ini, merupakan bagian dari paket pembelian MBT Leopard 2A4/2A6.
Marder boleh dikatakan IFV kelas satu yang digunakan oleh NATO. Kendaraan tempur ini sudah mendapat predikat battle proven, karena telah menunjukkan kehandalan dalam misi pertempuran di Afghanistan.
M113 A1
TNI AD mengoperasikan 150 M113A1-BE APCs dan 5 M113 Arisgator, yang dibeli dari Belgia. M113 merupakan kendaraan pengangkut personel yang dibuat Amerika Serikat (AS), namun Beligia memiliki lisensi untuk memproduksinya.
Ranpur ini pertama kali diperkenalkan sebagai bagian dari alutsista TNI AD pada Oktober 2014. Kendaraan tempur ini ditempatkan di satuan Infanteri Mekanis.
M113 sudah teruji ketangguhannya. Selain mengangkut personel, ranpur ini juga bisa membuka belukar di hutan untuk dijadikan jalan. Karena ketangguhannya, M113 dijuluki green dragon.
2. Alutsista Matra Laut
Beberapa alutsista TNI Angkatan Laut (TNI AL) yang dibeli bekas dan masih aktif bertugas hingga saat ini, antara lain:
Korvet Kelas Bung Tomo
Kelas Bung Tomo adalah kelas dari tiga korvet patroli atau 'multi-role light fregat' (MRLF) milik TNI AL, yakni KRI Bung Tomo, KRI John Lie, dan KRI Usman Harun.
Korvet kelas ini awalnya dibuat untuk AL Brunei Darussalam, namun akhirnya dibeli oleh Indonesia dan kemudian diganti namanya. Nama kelas tersebut diambil dari nama Bung Tomo, seorang pemimpin gerakan kemerdekaan Indonesia yang terkenal.
AL Brunei Darussalam sebenarnya menolak kapal korvet buatan BAE Systems Maritime ini, karena dinilai tidak memenuhi spesifikasi. BAE kemudian membawa permasalahan ini ke arbitrase internasional, dan memenangkannya. Kapal ini kemudian diserahkan ke AL Brunei Darussalam.
Pada tahun yang sama, Brunei mengontrak galangan kapal Lürssen Jerman untuk mencari pelanggan baru untuk ketiga kapal tersebut. Pada 2013, Indonesia membeli alutsista tersebut seharga £ 380 juta, atau setengah dari biaya unit aslinya.
Korvet Kelas Kapitan Pattimura
Korvet Kelas Kapitan Pattimura tadinya merupakan korvet Kelas Parchim bekas Jerman Timur. Pada 1992, Indonesia membeli 16 alutsista matra laut ini dari Jerman seharga US$ 12,7 juta.
Saat ini, korvet kelas ini yang masih aktif bertugas tercatat sebanyak 14 unit, yakni sebagai berikut:
- KRI Kapitan Pattimura
- KRI Untung Suropati
- KRI Sultan Nuku
- KRI Lambung Mangkurat
- KRI Cut Nyak Dien
- KRI Sultan Thaha Syaifuddin
- KRI Sutanto
- KRI Sutedi Senoputra
- KRI Wiratno
- KRI Tjiptadi
- KRI Hasan Basri
- KRI Imam Bonjol
- KRI Teuku Umar
- KRI Silas Papare
Sementara, alutsista TNI AL lainnya, baik jenis korvet, fregat, maupun kapal cepat rudal (KCR), seperti Kelas Martadinata, Diponegoro, dan Klewang, dibeli dalam kondisi baru.
3. Alutsista Matra Udara
Di bidang matra udara, alutsista bekas yang dimiliki oleh TNI Angkatan Udara (TNI AU) yang masih bertugas aktif hingga saat ini, adalah F-16 Fighting Falcon.
TNI AU tercatat mengoperasikan tiga varian F-16, yakni 3 F-16A/B, 7 F-16AM/BM, dan 23 F-16C/D. Seluruhnya merupakan alutsista matra udara yang dibeli/hibah bekas.
Selain F-16, TNI-AU juga memiliki sejumlah alutsista berusia tua. Namun, keberadaan beberapa alutsista ini tidak bisa dikatakan bekas, karena Indonesia membeli baru. Misalnya, pesawat Hawk 100/200 buatan BAE Systems Inggris, yang tiba perdana pada 1997 silam.
Kemudian, Lockheed Martin KC-130 Hercules dari AS, EMB 314 Super Tucano (Brazil), dan T-50 Golden Eagle (Korea Selatan). Seluruhnya dibeli dalam kondisi baru, namun usianya memang tua, sehingga secara rutin perlu peremajaan.
Sementara, alutsista matra udara lainnya, seperti AS332, EADS CASA C-295, CN-235, dan PTDI NC-212 telah diproduksi oleh PT Dirgantara Indonesia. Sehingga, kebutuhan akan pesawat angkut maupun patroli ke depan, dapat dipenuhi oleh industri dalam negeri.
Terkait dengan rencana modernisasi alutsista matra udara, Kemenhan telah memesan 6 Dassault Rafale, 2 peswat tanker Airbus A400M Atlas, C-130J Super Hercules. Tiga tipe pesawat ini dibeli baru.
Sementara, alutsista bekas yang rencananya akan didatangkan oleh Kemenhan, adalah 12 unit pesawat tempur Mirage 2000-5 bekas dari Qatar. Mengutip Kompas.com, pengadaan tersebut dituangkan dalam Kontrak Jual Beli Nomor: TRAK/181/PLN/I/2023/AU, tanggal 31 Januari 2023 dengan nilai kontrak sebesar 733 juta Euro.
Indonesia juga sedang berupaya mengakuisisi pesawat tempur Mirage 2000-9 milik Uni Emirat Arab (UEA). Selain itu, ada pula negosiasi pembelian jet tempur F-15EX dari AS.