Cek Data: Ramai #KaburAjaDulu, Bagaimana Tren Pekerja Migran Indonesia?

Muhammad Almer Sidqi
5 Maret 2025, 07:42
Cek Data: Ramai #KaburAjaDulu, Bagaimana Tren Pekerja Migran Indonesia?
ANTARA FOTO/Teguh Prihatna/foc.
Pekerja Migran Indonesia

Ringkasan

  • Masyarakat Indonesia, terutama pelajar dan mahasiswa, melancarkan kritik terhadap pemerintahan Prabowo Subianto melalui demonstrasi dan tagar #KaburAjaDulu di media sosial. Tagar tersebut merepresentasikan keinginan masyarakat untuk bekerja atau kuliah di luar negeri akibat ketidakpastian ekonomi, politik, dan hukum.
  • Tren warga Indonesia bekerja di luar negeri diproyeksikan meningkat, dengan BP2MI memperkirakan jumlah pekerja migran Indonesia (PMI) mencapai rekor tertinggi pada 2025 dan 2026. Hong Kong, Taiwan, dan Malaysia menjadi negara tujuan utama PMI karena faktor keramahan penduduk, kedekatan bahasa dan budaya, serta keberadaan teman atau keluarga.
  • Pekerjaan sebagai asisten rumah tangga mendominasi jenis pekerjaan PMI, diikuti oleh pengasuh dan pekerja lainnya. Meskipun remitansi PMI memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi Indonesia, para PMI juga menghadapi tantangan seperti masalah pengupahan, kondisi kerja, dan penganiayaan.
! Ringkasan ini dihasilkan dengan menggunakan AI
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Memasuki 2025, masyarakat Indonesia tak henti-hentinya melancarkan kritik terhadap pemerintahan Prabowo Subianto. Belakangan, para pelajar dan mahasiswa di sejumlah daerah juga turun ke jalan melakukan aksi demonstrasi. Di Papua, ratusan pelajar turun ke jalan menolak program Makan Bergizi Gratis. Adapun para mahasiswa memprotes langkah pemerintah memangkas anggaran untuk sektor pendidikan dan kesehatan. 

Kontroversi

Tak cuma di jalan, gelombang protes juga terjadi di dunia maya. Salah satunya yang termasif adalah tagar #KaburAjaDulu. Tagar itu merepresentasikan keinginan sebagian masyarakat meninggalkan Indonesia untuk bekerja atau kuliah di luar negeri.

Kekecewaan terhadap pemerintah atas ketidakpastian ekonomi, politik, dan hukum menjadi alasan utama di balik ramainya tagar tersebut. Pemerintah, di lain sisi, menanggapi fenomena ini dengan sikap menantang. Wakil Menteri Ketenagakerjaan Immanuel Ebenezer, misalnya, menyilakan siapa pun yang ingin kabur. “Kalau perlu jangan balik lagi,” ujarnya pada 17 Februari lalu. 

Temuan Drone Emprit menunjukkan tagar #KaburAjaDulu berkembang secara organik di media sosial (medsos). Mulanya tagar itu muncul di platform X sejak September 2023, dan terus meningkat hingga 2025. Adapun puncak viralnya terjadi pada 14 Januari 2025. 

Sebanyak 50,81% pengguna medsos yang mencuit #KaburAjaDulu berada dalam rentang usia 19-29 tahun. Selain itu, sebanyak 38,10% berasal dari kelompok umur di bawah 18 tahun. Adapun gender laki-laki mendominasi lebih dari separuh yang meramaikan tagar tersebut. 

Faktanya

Tren “minggat” dari Indonesia demi bekerja di luar negeri sudah menguat sejak 2023, dan diproyeksikan meningkat drastis dalam beberapa tahun ke depan. 

Laporan Proyeksi Data Penempatan Pekerja Migran Indonesia Tahun 2024-2026 yang dirilis Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) bahkan memprediksi jumlah penempatan pekerja migran Indonesia (PMI) berpotensi mencapai rekor tertinggi pada 2025 dan 2026.

Jumlah penempatan PMI sempat turun pada masa pandemi Covid-19, dan sampai ke titik terendahnya pada 2021. Setelah itu jumlahnya terus meningkat signifikan. Pada 2023, jumlah PMI yang bekerja ke luar negeri bahkan sudah melampaui masa-masa sebelum pandemi.

Jumlah PMI juga bertambah pada 2024 menjadi 297.434 orang. BP2MI pun memproyeksikan peningkatannya akan melampaui 300 ribu orang pada 2025 dan 2026.

“Salah satu alasan WNI bermigrasi ke luar negeri adalah karena penghasilan yang relatif lebih tinggi,” tulis BP2MI dalam laporannya.

Menurut laporan Karakteristik Migrasi Pekerja Migran Indonesia Tahun 2021-2023 yang juga dikeluarkan BP2MI, Hong Kong, Taiwan, dan Malaysia menjadi negara tujuan tertinggi migrasi PMI. 

Menurut riset Darmastuti dkk (2022), yang menjadikan sebagian PMI asal Lampung dan Sumatera Selatan sebagai subjek penelitiannya, Hong Kong dan Taiwan menjadi destinasi utama migrasi karena penduduknya dinilai ramah. Selain itu, banyaknya teman atau keluarga yang sedang atau pernah bekerja di kedua negara tersebut juga menjadi faktor penariknya.    

Adapun Malaysia yang menduduki peringkat ketiga dinilai punya kedekatan bahasa dan budaya yang sama dengan pekerja Indonesia. Kawasan Asia pun menjadi kawasan tertinggi penempatan PMI.

Data kumulatif PMI selama tiga tahun itu juga mencatat bahwa PMI didominasi oleh perempuan (376.373). Sedangkan laki-laki berjumlah 194.512 atau hanya sekitar 34%. 

Berdasarkan tingkat pendidikannya, lulusan SMA atau sederajat mendominasi PMI, diikuti lulusan SMP dan SD yang masing-masing berjumlah 120.490 dan 64.598. Paling rendah adalah lulusan pascasarjana yang hanya berjumlah 113 orang.

Jika ditilik menurut jenisnya, pekerjaan asisten rumah tangga menjadi yang paling teratas. Sebanyak 201.458 PMI bekerja sebagai ART di berbagai belahan dunia. Lalu diikuti oleh pengasuh (83.121), pekerja (50.043), pekerja perkebunan (41.022), hingga operator produksi (34.998). Sisanya yang kurang dari 20 ribu orang bekerja sebagai pekerja konstruksi, nelayan, hingga terapis spa. 

Sektor jasa pun menjadi yang tertinggi. Sektor usaha yang juga signifikan adalah industri pengolahan; pertanian, kehutanan, dan perikanan; kemanusiaan dan sosial; perdagangan, dan bangunan.

Ditaksir Ada Lebih dari 9 Juta PMI

Pada 2016, Bank Dunia memperkirakan ada sekitar 9 juta orang Indonesia yang bekerja di luar negeri. Dari jumlah itu, 3/4 di antaranya merupakan pekerja dengan keterampilan rendah. 

Laporan berjudul Pekerja Global Indonesia: Antara Peluang dan Risiko itu menyimpulkan meningkatnya migrasi tenaga kerja mencerminkan terbatasnya kesempatan kerja di Indonesia.  

Migrasi pun memberikan dampak ekonomi yang signifikan, terutama bagi pekerjanya sendiri sebagai individu. Bank Dunia menaksir pekerja migran Indonesia dapat memperoleh penghasilan sampai enam kali lipat ketimbang upah bekerja di negeri sendiri.

Di samping itu, migrasi pekerja juga berdampak bagi perekonomian Indonesia. Pada 2016, Bank Dunia mencatat pekerja migran mengirim kiriman uang atau remitansi senilai lebih dari Rp118 triliun, atau setara 1% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun itu.

Adapun menurut data Bank Indonesia, selama 2010-2015, nilai remitansi PMI meningkat dari kisaran US$6 miliar menjadi US$9 miliar. Pada 2016-2017 nilainya sempat sedikit turun ke kisaran US$8 miliar, tapi naik lagi hingga melampaui US$10 miliar pada 2018-2019.

Setelah anjlok karena pandemi, nilai remitansi ke Indonesia kembali melonjak hingga US$14 miliar pada 2023. Ini adalah rekor tertingginya selama 13 tahun. 

Adapun selama Januari-September 2024 nilai remitansi PMI sudah mencapai US$11,63 miliar atau setara Rp186 triliun. Jumlah itu meningkat 10% dibanding Januari-September 2023, dan sudah setara 82% dari total remitansi sepanjang tahun sebelumnya.

Kendati begitu, PMI juga menghadapi seabrek tantangan. Bank Dunia menguraikan PMI mengalami berbagai pengalaman negatif dan traumatis yang mencakup tiga hal: masalah pengupahan, kondisi kerja, dan penganiayaan atau pelecehan.

Survei Bank Dunia melaporkan sebagian PMI mengakui adanya masalah keterlambatan pembayaran upah. Perkara ini paling banyak dialami oleh PMI nonprosedural alias tidak resmi dan PMI yang bekerja di Malaysia, masing-masing sebesar 18%. 

Dalam porsi yang lebih kecil (10%), PMI juga dirugikan karena upah mereka sengaja ditahan. Sebagian PMI di Malaysia (12%) bahkan punya upah yang lebih rendah dari yang disepakati.

Penganiayaan fisik, penganiayaan psikologis, dan pelecehan seksual paling banyak dirasakan oleh PMI di kawasan Timur Tengah. 

Adapun masalah yang dihadapi sebagian besar PMI, rata-rata lebih dari 50%, adalah tidak mendapatkan tunjangan lembur. Ini paling banyak terjadi di Timur Tengah (84%), dan dialami oleh PMI perempuan (73%).

Celakanya, lebih dari 9 juta PMI yang dicatat Bank Dunia pada 2016 itu sebagiannya ditengarai ilegal. Dua tahun lalu, BP2MI pernah mengungkapkan kalau jumlah total PMI hanya sekitar 4,6 juta orang. “Berdasarkan data akurat, by name, by address,” ujar Benny Rhamdani, yang saat itu menjabat sebagai Kepala BP2MI, 15 Mei 2023. 

Sisanya yang sebanyak 4,4 juta orang, Benny melanjutkan, diduga berangkat lewat jalur tidak resmi. “Penempatan ilegal masih terjadi di lapangan, dan ini dikendalikan oleh sindikat mafia,” katanya. “Ada oknum TNI, Polri, dan kementerian yang terlibat. Juga ada oknum BP2MI yang saya pimpin.”

Referensi:

Bank Dunia. 2017. Pekerja Global Indonesia: Antara Peluang dan Risiko (diakses 25 Februari 2025)

BP2MI. 2023. Proyeksi Data Penempatan Pekerja Migran Indonesia Tahun 2024-2026 (diakses 25 Februari 2025)

BP2MI. 2024. Karakteristik Migrasi Pekerja Migran Indonesia Tahun 2021-2023 (diakses 25 Februari 2025)

Darmastuti dkk. 2022. Distribution Patterns and Factors Affecting the Selection of the Destination Country of Indonesian Migrant Workers of Lampung (diakses 25 Februari 2025)

Databoks Katadata. 2025. Pekerja Migran Banyak Kirim Uang ke Indonesia, Trennya Meningkat (diakses 25 Februari 2025)

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

mobile apps preview

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...