Riset: Sebagian Masyarakat Memulai Usaha Baru saat Pandemi Corona
Riset yang dilakukan oleh unit usaha Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), Jenius menunjukkan, sebagian masyarakat yang paham teknologi teknologi (digital savvy) memulai usaha saat pandemi corona. Hal ini dilakukan untuk menambah pendapatan di tengah masa pagebluk.
Sebanyak 49% dari total 267 responden mengaku pendapatannya tetap, meski ada pandemi virus corona. Lalu, 44% mengaku penghasilannya berkurang dan 7% meningkat.
Lebih rinci, 24% dari responden yang pendapatannya tetap, membuka usaha kecil. “Ini untuk mengantisipasi risiko ke depan,” kata Digital Banking Business Product Head, Bank BTPN Waasi B. Sumintardja saat konferensi pers secara virtual, Senin (27/7).
Sedangkan yang mengurangi pengeluaran dan bekerja seperti biasa, masing-masing porsinya 18%. Lalu, masing-masing 11% responden gencar menabung dan memperbaiki pengelolaan keuangan.
Yang menarik, 42% dari responden yang pendapatannya menurun, mulai membuka usaha. Porsinya lebih besar ketimbang warga yang penghasilannya tetap.
Lalu, 22% menjadi pekerja lepas (freelancer) dan 14% mengurangi pengeluaran, Sedangkan 7% lainnya memperbaiki pengelolaan keuangan dan 6% mencari pekerjaan baru.
Tak hanya itu, sebagian responden yang pendapatannya naik, juga memulai usaha baru saat pandemi Covid-19. "Secara garis besar, semua responden ingin mengantisipasi risiko ke depan dengan mencari peluang baru. Caranya, membuka usaha," ujar Waasi.
Hanya, riset itu tidak memerinci jenis usaha yang dipilih responden.
Survei itu dilakukan selama Mei hingga Juni lalu. Rata-rata responden berusia 16 sampai 40 tahun.
Mereka berdomisili di 13 wilayah yakni Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) dan Bandung. Selain itu, Semarang, Malang, Surabaya, Yogyakarta, Palembang, Medan, dan Denpasar.
Riset itu juga memuat tentang layanan perbankan yang paling banyak digunakan selama penerapan tatanan kebiasaan atau normal baru (new normal). Porsinya yakni mobile banking (79%), ATM (72%), internet banking (41%), Cash Deposit Machine atau CDM (24%), dan kantor cabang (10%).
Ada lima jenis produk yang paling sering dibeli. Barang itu di antaranya produk kesehatan (90%), kudapan (74%), bahan makanan (71%), perawatan tubuh (35%), dan transportasi (20%).
Produk yang paling banyak dibeli secara langsung (offline) yaitu bahan makanan (72%), kudapan (62%), dan barang elektronik (62%). Sedangkan yang paling sering dibeli secara online yakni busana (88%), membeli gadget (80%), dan membeli vitamin dan suplemen (59%).