WhatsApp Latih 3.500 UMKM Cara Tingkatkan Transaksi Saat Pandemi
Perusahaan teknologi, WhatsApp memberikan pelatihan kepada 3.500 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Hal ini untuk mendorong pelaku usaha berjualan online di tengah pandemi corona.
Dengan masuk ke ekosistem digital, UMKM diharapkan bisa menjangkau lebih banyak konsumen meski di masa pandemi Covid-19. “Akan dilatih bagaimana cara masuk ke perekonomian digital, terutama dalam situasi sulit ini,” ujar WhatsApp APAC Public Policy Director Clair Deevy dikutip dari siaran pers, Selasa (21/7).
Pemerintah juga menargetkan 10 juta UMKM berjualan online hingga akhir tahun ini. Saat ini, sekitar 8,8 juta bergabung ke platform digital seperti e-commerce, Gojek dan Grab.
Pelatihan secara online yang digelar WhatsApp merupakan upaya untuk mendukung program pemerintah tersebut. “Supaya bisa terealisasi,” kata Manajer Kebijakan Publik Facebook Indonesia Karissa A Sjawaldy saat konferensi pers secara virtual.
UMKM yang diberikan pelatihan berdomisili di 12 kota. Beberapa di antaranya Semarang, Malang, Pekan Baru, Medan, Makassar, dan Ambon.
Para peserta yang terpilih bakal mendapat materi berupa video terkait kewirausahaan. Mereka juga akan mengikuti diskusi dengan pelatih kompeten melalui Whatsapp.
Selain itu, mereka bakal dilatih terkait strategi promosi dan mengatur keuangan. Kemudian, cara menggunakan aplikasi WhatsApp Business untuk memaksimalkan kegiatan pemasaran.
Secara global, 50 juta lebih pengguna mengakses aplikasi WhatsApp Business setiap bulannya. Khusus di Indonesia, platform ini digunakan lebih dari 6 juta pengguna per bulan.
Di dalamnya terdapat fitur katalog untuk mengecek produk. Lalu, ada fitur respons otomatis, opsi balasan cepat untuk pertanyaan yang sering diajukan, dan tautan untuk membagikan katalog produk atau layanan. Yang teranyar, tersedia fitur kode Quick Response (QR Code).
Pelaku UMKM bisa mendaftar untuk mengikuti pelatihan itu melalui laman belajarukmindonesia.id. Program ini berlangsung selama enam bulan.
"Pelatihan ini gratis bagi pemilik UMKM di Indonesia,” kata Co-Founder UKM Indonesia Dewi Meisari.
Dalam program ini, peserta akan belajar mengenai berbagai topik," ujar Dewi.
Berdasarkan survei Katadata Insight Center (KIC), 80,6% berjualan online dan merasa terbantu dengan penggunaan internet untuk berusaha. Sayangnya, UMKM seringkali mengalami kendala saat menjalankan usaha menggunakan teknologi digital.
Tantangan itu di antaranya belum mampu menggunakan internet (34%) dan kurangnya pengetahuan menjalankan usaha online (23,8%). Lalu, pegawai tak siap (19,9%), infrastruktur tidak layak (18,4%), dana kurang memadai (9,7%), dan banyaknya pesaing (3,4%).
Indeks Kesiapan Digital UMKM di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek) pun pada tahap menengah. Indikatornya yakni optimisme, kompetensi, keamanan, dan kenyamanan.
Hasilnya, rerata Indeks Kesiapan Digital UMKM hanya 3,6. “Generasi yang semakin tua memiliki indeks kesiapan digital yang lebih rendah dibandingkan yang muda,” demikian dikutip dari survei KIC yang dirilis akhir Juni lalu (26/6).
Survei tersebut dilakukan terhadap 206 responden UMKM di lima kategori usaha. Mereka berada di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Sebagian besar UMKM ini memiliki skala usaha mikro dengan omzet di bawah Rp 300 juta per tahun.
Penulis/Reporter: Cindy Mutia Annur