Tertekan AS, Huawei Dikabarkan Akan Jual Dua Merek Ponsel Premium
Huawei Technologies Co menjual bisnis ponsel pintar (smartphone) Honor pada akhir tahun lalu, karena tertekan sanksi dari mantan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Kini, perusahaan Tiongkok itu dikabarkan bakal menjual merek ponsel premium P dan Mate.
Sumber Reuters mengatakan, Huawei sedang dalam pembicaraan tahap awal untuk menjual kedua merek ponsel premium tersebut. “Huawei berdiskusi dengan perusahaan investasi yang didukung oleh pemerintah selama beberapa bulan,” demikian kata sumber dikutip dari Reuters, Senin malam (25/1).
Sedangkan sumber lainnya mengatakan bahwa perusahaan investasi itu bisa membentuk konsorsium untuk mengambil alih merek P dan Mate. Model ini mirip dengan kesepakatan Honor.
“Huawei juga kemungkinan akan mempertahankan tim manajemen P dan Mate untuk membentuk entitas baru, jika kesepakatan berhasil,” kata sumber.
Sumber mengatakan bahwa Huawei menjajaki kemungkinan menjual kedua merek tersebut secara internal, sejak September 2020 lalu. Jika ini benar-benar dilakukan, maka perusahaan bakal keluar dari bisnis ponsel premium.
Namun, Huawei belum membuat keputusan akhir mengenai hal itu. “Pembicaraan itu mungkin tidak berhasil,” demikian kata sumber.
Hal itu karena Huawei masih mencoba untuk memproduksi cip (chipset) andalannya, Kirin. Produksi cip ini terhenti pada September 2020 lalu, karena Trump menambah 38 semikonduktor Huawei ke dalam daftar hitam pada Agustus 2020, sehingga totalnya menjadi 152.
"Huawei mengetahui ada rumor yang tidak berdasar, yang beredar mengenai kemungkinan penjualan merek smartphone andalan kami," kata juru bicara Huawei. “Kami tidak mempunyai rencana seperti itu."
Berdasarkan data IDC, pengiriman ponsel Mate dan P Series bernilai US$ 39,7 miliar antara kuartal III 2019 dan kuartal III 2020.
Sebelumnya, pendiri Huawei Ren Zhengfei mengatakan bahwa penjualan Honor merupakan ‘terobosan baru’ yang akan membebaskan korporasi dari tekanan AS. Honor merupakan bagian integral dari bisnis smartphone Huawei, yang kesulitan mendapatkan pasokan perangkat dari AS.
Raksasa teknologi Tiongkok itu menjual Honor kepada konsorsium Shenzhen Zhixin New Information Techonology Co. Ltd untuk mengamankan pasokan perangkat. Sedangkan konsorsium ini terdiri dari 30 lebih perusahaan Tiongkok, yang dikabarkan membeli Honor sekitar US$ 15,2 miliar
“Setelah ‘bercerai’, tidak akan ada lagi hubungan di bawah meja dengan Honor. Kami menangani pemisahan ini secara dewasa, dan akan dengan ketat mematuhi peraturan dan norma internasional,” kata Ren dikutip dari Bloomberg, November 2020 lalu (28/11/2020).
Apalagi, bisnis Honor melibatkan jutaan karyawan di agen dan distributor yang berpotensi kehilangan pekerjaan. “Kami tidak harus menyeret orang yang tidak bersalah ke dalam air hanya karena kami menderita,” ujar Ren dikutip dari Reuters.
Meski begitu, pemerintah AS belum memberikan penjelasan mengenai bisa tidaknya Honor mendapatkan pasokan perangkat dari perusahaan Negeri Paman Sam maupun apakah akan ada kebijakan baru.
Sedangkan AS menilai bahwa Huawei mengirimkan data pengguna kepada pemerintah Tiongkok, sehingga memasukkannya ke dalam daftar hitam terkait perdagangan sejak awal 2019. Huawei membantah tuduhan ini.
“Menghadapi gelombang demi gelombang serangan AS, kami akhirnya menyadari bahwa pejabat Amerika tidak berusaha untuk ‘memperbaiki’, tetapi ‘membunuh’ kami,” ujar Ren.