Grab, Gojek Buat Fitur Kurangi Emisi Karbon & Rambah Kendaraan Listrik
Grab dan Gojek sama-sama membuat fitur untuk mengurangi emisi karbon. Kedua decacorn ini juga mengembangkan kendaraan listrik (electrical vehicle).
Co-Founder sekaligus CEO Grab Grup Anthony Tan mengatakan, perusahaan mempunyai serangkaian inisiatif untuk mengurangi emisi karbon. “Ini supaya bisnis kami juga dapat tumbuh dan berhasil dalam jangka panjang," katanya dalam siaran pers, Selasa (22/6).
Inisiatif pertama, membuat fitur carbon offset. Tools ini sudah dirilis di Indonesia, dan meluncur di Malaysia dan Thailand pada Juli.
Anthony menyampaikan, fitur itu memungkinkan konsumen membeli carbon offset US$ 0,10 per perjalanan. Uang ini akan disalurkan untuk kegiatan reforestasi dan proyek konservasi yang dikelola oleh organisasi non-pemerintah lokal.
Secara tidak langsung, pengguna bisa terlibat dalam kegiatan reforestasi dengan membeli pohon yang kemudian ditanam di hutan GrabForGood di Indonesia, Malaysia, Thailan dan Vietnam. Penanaman dilakukan oleh organisasi mitra.
Group Head of Marketing and Sustainability Grab Cheryl Goh mengatakan, perusahaan juga berinvestasi lebih dari US$ 200 juta untuk mengembangkan kendaraan listrik dan hybrid. Mobil dan motor ini kemudian akan menjadi armada Grab secara bertahap.
"Upaya ini sekaligus menghemat hampir 380 juta set peralatan makan plastik sekali pakai pada 2020," kata Goh.
Grab juga memperluas kerja sama dengan produsen kendaraan Hyundai Motor Group untuk mempercepat adopsi kendaraan listrik di Asia Tenggara. Decacorn akan gencar menguji coba kendaraan listrik di Singapura, Indonesia, dan Vietnam.
Program itu bakal menguji model bisnis kendaraan listrik baru seperti pengaturan leasing penyedia baterai dan mobil, opsi pembiayaan kendaraan listrik yang disesuaikan dengan mitra pengemudi taksi dan ojek online, serta pengantaran.
Grab dan Hyundai juga akan melakukan studi kelayakan mendalam tentang kesenjangan dan hambatan dari proses kepemilikan dan adopsi kendaraan listrik. Selain itu, keduanya berencana mengembangkan peta jalan guna menjadikan kendaraan listrik sebagai layanan mobilitas dan pengantaran on-demand.
Decacorn asal Indonesia, Gojek juga menjalankan beragam strategi untuk mengurangi emisi karbon. Perusahaan mempunyai komitmen Three Zeros: Zero Emissions, Zero Waste dan Zero Barriers atau nol emisi pada 2030.
Salah satu langkah dari komitmen itu yakni membuat fitur hitung emisi karbon GoGreener Carbon Offset. Gojek menggaet startup Jejak.in untuk membuat fitur ini.
Melalui fitur itu, pengguna bisa menghitung jumlah emisi karbon sehari-hari dan mengonversinya dengan menanam pohon.
Co-CEO Gojek Kevin Aluwi mengatakan, Gojek juga gencar mengembangkan kendaraan listrik. Perusahaan pun menjalin kerja sama dengan Honda dan Gesits untuk mengembangkan kendaraan listrik.
“Kami tes dengan Honda dan Gesits. Ada beberapa hal progres yang sudah kami jalani,” kata dia saat konferensi pers virtual, April lalu (30/4).
Gesits merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi kendaraan listrik di Indonesia. Sedangkan Honda adalah perusahaan otomotif.
Pengembangan kendaraan listrik dilakukan sebagai komitmen untuk nol emisi pada 2030. Decacorn ini ingin seluruh motor dan mobil di lini bisnis transportasi berbasis listrik.
Selain itu, Gojek membuat layanan GoTransit untuk mendukung nol emisi 2030. GoTransits merupakan solusi mobilitas yang membantu pengguna menentukan rute perjalanan.
Melalui layanan itu, decacorn mengintegrasikan layanan dengan transportasi lain. "Ini pelayanan multi-moda. Ini berguna mendorong penggunaan masif layanan transportasi publik," ujar Kevin.