CEO Ericsson: AS – Eropa Rugi Besar jika Cina Buat Standar 6G Sendiri

Desy Setyowati
26 Agustus 2021, 11:56
ericsson, amerika, cina, teknologi, 6g
ANTARA FOTO/REUTERS/Kevin Lamarque/File Foto
Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Cina Xi Jinping saat menghadiri jamuan makan malam setelah ktt pemimpin negara G20 di Buenos Aires, Argentina, Sabtu (1/12/2018)

CEO Ericsson Börje Ekholm menilai, negara-negara Barat seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa rugi jika Cina membuat standardisasi jaringan internet generasi keenam atau 6G sendiri. Pemerintah Tiongkok memang tengah mengembangkan 6G.

Ia menyampaikan, Cina akan membentuk ekosistem teknologi sendiri jika membuat standardisasi 6G. “Ekosistem Tiongkok akan menjadi pesaing tangguh bagi Barat,” kata dia dalam wawancara eksklusif dengan Light Reading dikutip dari Telecoms, Rabu (25/8).

Advertisement

Menurutnya Cina memiliki keunggulan dari sisi riset dan pengembangan (R&D) bidang teknologi telekomunikasi. “Meskipun investasi 5G kuat di AS, kurang jelas apakah ekosistem Barat akan mengikuti pengeluaran R&D yang besar di Asia, khususnya Cina,’ kata Ekholm.

Pemisahan ekosistem teknologi antara AS dan Cina pun tengah terjadi. AS melarang vendor telekomunikasi Tiongkok, seperti Huawei, di banyak pasar. Negeri Paman Sam juga membujuk Eropa melakukan hal serupa.

Hal itu berdampak juga ke Ericsson, yang pangsa pasarnya menurun di Cina. Ini karena Swedia memblokir jaringan 5G Huawei.

Meskipun di satu sisi, Ericsson bisa menggaet lebih banyak pasar di Eropa dan AS yang ditinggal oleh Huawei.

Di satu sisi, langkah AS dan Eropa memblokir perusahaan Tiongkok, dapat memacu Cina menggencarkan riset dan pengembangan di bidang teknologi. Ekholm menilai bahwa kondisi ini akan memecah standardisasi, kemudian ekosistem.

Penerima manfaat dari Belt and Road Initiative pun dapat mengadopsi standar yang dibuat oleh Cina tersebut. Belt and Road Initiative adalah program yang diperkenalkan oleh Presiden Tiongkok Xi Jinping pada 2013 dengan nama One Belt One Road (OBOR).

Itu merupakan rencana besar pemerintah Cina untuk menghidupkan kembali kejayaan Jalur Sutra (Silk Road) di abad ke-21. Strategi ini melibatkan investasi dan pembangunan infrastruktur besar-besaran di 152 negara yang tersebar di Eropa, Asia, Timur Tengah, Amerika Latin, dan Afrika.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement