Pertarungan Bisnis ‘Restoran Hantu’ Gojek – Grab Diramal Makin Sengit
Gojek dan Grab memperkuat layanan cloud kitchen atau dikenal juga restoran hantu selama pandemi corona. Investor dari kalangan modal ventura memperkirakan, pertarungan kedua decacorn di bisnis ini semakin sengit tahun depan.
Cloud kitchen merupakan istilah layanan restoran berbasis komputasi awan (cloud). Konsumen tidak bisa membeli dan menikmati makanan maupun minuman di restoran, karena produk hanya dapat dipesan secara online.
Co-Founder sekaligus Managing Partner di Ideosource dan Gayo Capital Edward Ismawan memprediksi tiga tren di bisnis restoran hantu yakni:
1. Superapp seperti Gojek dan Grab berlomba-lomba memperbanyak lokasi cloud kitchen
"Jumlah lokasi ini memang penting bagi superapp agar standar kecepatan pengiriman dan kualitas layanan cloud kitchen lebih terjamin," kata Edward kepada Katadata.co.id, Senin (18/10).
2. Fokus persaingan akan melebar ke rantai pasokan atau supply chain produk segar
Sebab, kebutuhan cloud kitchen akan makin besar dan kompleks dari sisi logistik.
3. Masif bekerja sama dengan para pemain sektor hilir dan hulu di pertanian
Ini untuk memenuhi kebutuhan bahan pokok cloud kitchen.
Sebelumnya, Chief Food Officer Gojek Group Catherine Hindra Sutjahyo juga memperkirakan bahwa layanan cloud kitchen semakin diminati tahun depan. "Kami percaya cloud kitchen akan naik pada 2022," kata dia saat konferensi pers virtual, Jumat (15/10).
Gojek pun menyiapkan ancang-ancang dengan mulai menambah jumlah lokasi sejak pertengahan tahun ini. Pada awal pandemi, Gojek tercatat hanya mempunyai 29 Dapur Bersama di Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan.
Saat ini, Gojek menambah lokasi cloud kitchen hingga mencapai 45 lokasi. Gojek menargetkan bisa membuat 60 cloud kitchen akhir tahun ini.
Gojek juga meningkatkan kualitas Dapur Bersama. "Kami bangun benar-benar infrastrukturnya untuk efisiensi food delivery," katanya.
Selain Gojek, Grab gencar mengembangkan cloud kitchen sejak 2018. Tahun lalu, Grab mempunyai restoran hantu di 48 lokasi di tujuh kota.
Menurut Grab, cloud kitchen menjadi alternatif layanan pemesanan makanan dan minuman di tengah penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). "Konsumen lebih ini sering membeli makanan secara online," ujar Regional Head of GrabKitchen Sai Alluri dikutip dari siaran pers, September tahun lalu (14/9).
Berdasarkan kajian Grab, GrabKitchen mengurangi waktu tunggu pelanggan karena rata-rata waktu pengantarannya 25 menit. Mitra pengemudi juga menerima penghasilan 40% lebih banyak dari pemesanan GrabFood.
"Cloud Kitchen dapat menekan biaya operasional, karena sebagian besar hanya pengiriman. Mereka tidak perlu mengeluarkan investasi besar untuk biaya sewa tempat" kata Head of Marketing GrabFood Grab Indonesia Hadi Surya, tahun lalu (12/6/2020).