Enam Sebab Keturunan India Langganan Jadi Bos Raksasa Teknologi AS

Desy Setyowati
7 Desember 2021, 11:24
india, amerika, raksasa teknologi, talenta digital, ceo
Foto:BPMI Setpres
Presiden Jokowi berdialog dengan CEO Alphabet Sundar Pichai di san Fransisco

Ada lebih dari 18 keturunan India yang menjabat CEO rraksasa teknologi di Amerika Serikat (AS). Yang terbaru yakni Parag Agrawal, yang ditunjuk sebagai CEO Twitter menggantikan Jack Dorsey.

Penduduk asli India hanya sekitar 1% dari populasi di AS. Selain itu, hanya 6% dari tenaga kerja di Silicon Valley.

Namun banyak dari mereka yang menjabat CEO raksasa teknologi AS. Mereka di antaranya:

  1. CEO Twitter Parag Agrawal
  2. CEO Alphabet Sundar Pichai
  3. CEO Microsoft Satya Nadella
  4. CEO Google Cloud Thomas Kurian
  5. CEO Adobe Shantanu Narayen
  6. CEO IBM Arvind Krishna
  7. CEO Micron Technology Sanjay Mehrotra
  8. CEO Palo Alto Networks Nikesh Arora
  9. CEO Vmware Raghu Raghuram
  10. CEO Arista Networks Jayshree V Ullal
  11. CEO NetApp George Kurian
  12. CEO Flex Revathi Advaithi
  13. CEO Vimeo Anjali Sud
  14. CEO Reckitt BenckiserLaxman Narasimhan
  15. CEO Albertsons Companies Vivek Sankaran
  16. CEO Deloitte Punit Renjen
  17. CEO Novartis Vasant "Vas" Narasimhan
  18. CEO Wayfair Niraj S Shah

Para CEO kelahiran India di Silicon Valley juga merupakan bagian dari kelompok minoritas berkekuatan empat juta orang, yang termasuk orang terkaya dan terdidik di Amerika. Sekitar satu juta dari mereka adalah ilmuwan dan insinyur.

Berdasarkan data yang dihimpun dari BBC dan South China Morning Post (SCMP), setidaknya ada enam alasan keturunan India menjadi langganan jabatan CEO raksasa teknologi di AS. Pertama, lebih dari 70% mendapatkan visa H-1B atau izin kerja untuk orang asing, yang dikeluarkan oleh AS kepada insinyur perangkat lunak India.

Sebanyak 40% dari semua insinyur kelahiran asing di kota-kota seperti Seattle berasal dari India. "Ini adalah hasil dari perubahan drastis dalam kebijakan imigrasi AS pada 1960-an," tulis penulis The Other One Percent: Indian in America, Sanjoy Chakravorty, Devesh Kapur, dan Nirvikar Singh dikutip dari BBC, Minggu (5/12).

Mereka menyampaikan, kelompok imigran India tidak sama dengan pendatang dari negara. Mereka yang berhasil masuk ke AS dipilih dari orang-orang India yang memiliki hak istimewa berdasarkan kasta atau yang mampu menempuh pendidikan di perguruan tinggi terkemuka.

Sistem visa di AS pun mempersempit orang-orang keturunan India yang bisa masuk dan bekerja di big tech. Mereka yakni yang memiliki keterampilan khusus, terutama di bidang sains, teknologi, teknik dan matematika, atau termasuk pasar tenaga kerja kelas atas di Amerika.

Kedua, warga India didorong untuk memecahkan masalah di negaranya. "Tidak ada negara lain di dunia yang 'melatih' begitu banyak warganya dengan cara gladiator seperti India," kata Mantan direktur eksekutif Tata Sons dan salah satu penulis The Made in India Manager R Gopalakrishnan.

Ia menyampaikan, pengurusan akta kelahiran dan kematian, penerimaan sekolah hingga mendapatkan pekerjaan yang sulit, mendorong warga India untuk memecahkan beragam masalah.

“Dari infrastruktur yang tidak memadai hingga kapasitas yang tidak mencukupi, tumbuh di India melengkapi warganya untuk menjadi ‘manajer alami’ atau pemecah masalah dengan kemampuan beradaptasi,” kata dia, mengutip ahli strategi perusahaan terkenal India C K Prahalad.

Pensiunan partner McKinsey Ashok Alexander sepakat bahwa persaingan di India kejam. Hanya sedikit yang berhasil lulus dengan nilai terbaik di Indian Institutes of Technology (IIT).

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...