Tak Hanya Baterai, Jokowi: Tesla Harus Buat Mobil Listrik di Indonesia
CEO Tesla Elon Musk sempat menyampaikan minatnya berinvestasi baterai listrik di Indonesia pada April. Namun Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, perusahaan Amerika Serikat (AS) ini juga harus memproduksi mobil listrik di Tanah Air.
Hal itu untuk menciptakan nilai lebih pada peningkatkan pendapatan negara. Selain itu, investasi langsung ini dapat memberikan kesempatan lapangan kerja yang lebih banyak.
“Yang kami inginkan adalah mobil listrik, bukan baterai. Untuk Tesla, kami ingin mereka memproduksi mobil listrik di Indonesia,” kata Jokowi dikutip dari Bloomberg, Jumat (19/8).
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengharapkan hal yang sama kepada sejumlah perusahaan otomotif global seperti Ford Motor Co, Hyundai Motor Co, Toyota Motor Corp dan Suzuki Motor Corp.
“Kami menginginkan ekosistem mobil listrik yang besar," ujar Jokowi.
Hal itu agar Indonesia tidak dipandang sebagai negara yang hanya memasok bahan baku atau produsen komponen dalam rantai pasokan kendaraan listrik global.
Sebagai negara yang menyimpan seperempat cadangan nikel global, Indonesia dirasa memiliki peluang besar sebagai negara tujuan para produsen mobil dan baterai, termasuk Tesla. Sebab, mereka mencari bahan baku baterai.
Tesla juga dikabarkan memperoleh kesepakatan pasokan nikel US$ 5 Miliar.
"Masih diskusi, semuanya butuh waktu. Saya tidak ingin cepat tanpa hasil. Ini membutuhkan komunikasi intens dan hasilnya akan terlihat," ujar Jokowi, ketika ditanya soal faktor penahan kesepakatan dengan Tesla.
Pada kesempatan tersebut, Jokowi juga menyatakan bahwa Indonesia memiliki target nol emisi pada 2060. Salah satu cara untuk mewujudkannya yakni menerapkan pajak karbon sebelum akhir tahun ini.
Pungutan itu ditunda di awal tahun karena pemerintah berusaha melindungi warga dari dampak kenaikan harga pangan dan bahan bakar.
Indonesia akan menjadi negara berkembang pertama di Asia yang mengenakan pajak atas emisi dengan tarif US$ 2,02 atau Rp 30.000 per ton setara CO2. Pada tahap awal, regulasi ini hanya berlaku untuk pembangkit listrik tenaga batu bara.
“Kami memiliki potensi energi terbarukan, namun beralih dari batu bara ke energi terbarukan bukan hal mudah. Sebab, harga batu bara masih lebih murah," ujar Jokowi.