Bisnis E-commerce B2B yang Tetap Tahan di Era Pandemi
Pandemi Covid-19 banyak memukul berbagai sektor bisnis di Indonesia, utamanya bisnis menengah ke bawah. Di tengah lesunya perekonomian, sektor digital menjadi salah satu yang masih menjanjikan, terutama sektor e-commerce.
Riset yang dilakukan oleh Facebook & Bein Company menunjukkan e-commerce masih menjadi sektor yang menjanjikan. Hal ini terlihat dari banyaknya penggunaan aplikasi oleh masyarakat khususnya di Asia Tenggara. E-commerce menempati urutan ke 3 aplikasi paling banyak digunakan selama pandemi setelah sosial media dan video streaming.
Senada dengan hal tersebut, survei Redseer menemukan peningkatan transaksi e-commerce selama Covid-19. Terdapat 51% responden yang mengaku pertama kali menggunakan aplikasi belanja saat pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Hal ini berdampak pada peningkatan volume permintaan di e-commerce sebesar 5-10 kali dibandingkan sebelum pandemi.
Bisnis e-commerce sendiri tersegmentasi dalam model consumer to consumer (C2C) dan business to consumer (B2C), dan business to business (B2B). E-commerce B2B memiliki potensi berkembang pesat beberapa waktu terakhir karena kebutuhan pengadaan perusahaan yang kian meningkat. Di beberapa negara seperti Tiongkok dan Amerika Serikat, e-commerce B2B mencatatkan angka transaksi hampir tiga kali lebih besar dibanding B2C.
Tak hanya di luar negeri, model B2B ini juga mengalami perkembangan di Indonesia. Mengutip dari laporan EigenRe, terlihat dari market size B2B di Indonesia yang diprediksi mencapai US$ 21,3 miliar pada 2023 mendatang.
Namun, pandemi Covid-19 juga memberikan dampak yang signifikan bagi pemain e-commerce B2B di Indonesia. Meski demikian dikutip dari Dailysocial.id, para pemain e-commerce B2B menyebut bahwa fase Adaptasi Kebiasaan Baru Covid-19 dapat menjadi peluang rebound untuk bisnis ini.
Hal ini karena pandemi berhasil mengubah procurement yang selama ini cenderung dilakukan secara konvensional menjadi e-procurement yang dapat dilakukan secara daring dan lebih efisien. Selain itu, e-procurement memiliki manfaat transparan, pengadaan online juga memiliki keuntungan harga lebih ekonomis dengan proses yang lebih cepat.
Berdasarkan hasil survei Dailysosial bersama Jakpat, setidaknya terdapat 5 pemain utama e-commerce B2B di Indonesia yang cukup dikenal masyarakat. Di antaranya Alibaba.com, Bhinneka.Com, Ralali.com, dan Mbiz Indonesia.
Bhinneka.Com menjadi pionir platform B2B di Indonesia yang telah beroperasi sejak tahun 1999. Dominasi Bhinneka di segmen ini bahkan di atas 50% dengan pengalaman selama 25 tahun. Selain itu, Bhinneka terus melakukan improvisasi di sisi layanan salah satunya dengan meningkatkan menerapkan e-procurement, dengan menyasar korporasi, UKM, dan pelaku usaha lainnya.
Meskipun di tengah pandemi, pertumbuhan bisnis Bhinneka.Com tetap positif walau mengalami perlambatan. Salah satu indikatornya dapat dilihat dari peningkatan merchant atau mitra pemasar di platform Bhinneka.Com yang mencapai 30% dibanding kuartal sebelumnya.
Inovasi di Era Adaptasi Kebiasaan Baru
Selama masa pandemi Bhinneka juga melakukan sejumlah improvisasi layanan. Bhinneka.Com meluncurkan dua layanan yaitu ThermoNex dan Bhinneka Digital Classroom (DESE). Kedua layanan tersebut adalah solusi B2B untuk membantu pemilik perusahaan, building management, sekolah serta kampus untuk menyambut era adaptasi kebiasaan baru.
Di sektor pendidikan, Bhinneka Digital Classroom merupakan solusi online learning untuk menghadapi tahun ajaran baru. Layanan ini juga untuk mendukung sistem Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang diperpanjang hingga akhir tahun 2020 agar sistem pembelajaran dapat dilakukan secara efektif oleh sekolah, guru, siswa, hingga orang tua.
Di sektor kesehatan, Bhinneka memiliki ThermoNex yakni teknologi auto thermal detection untuk kebutuhan screening kesehatan pengunjung dan menjaga keselamatan di ruang publik dan fasilitas umum. Keunggulan lain teknologi ini adalah dapat tersambung dengan sistem absensi yang sangat penting bagi perusahaan.
Selain itu, Bhinneka juga memberikan konsen terhadap pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang cukup terdampak adanya pandemi. Merujuk data Kementerian Koperasi dan UKM, setidaknya terdapat 37 ribu pelaku UMKM yang terpukul selama Covid-19.
Padahal UMKM adalah penggerak utama perekonomian Indonesia. Pada 2018, sektor ini berkontribusi 60,34% terhadap produk domestik bruto (PDB). Selain itu, terdapat 116 juta orang atau 97,02% dari total pekerja di tanah air bekerja di sektor UMKM.
Meningat sektor ini sangat penting dalam menopang perekonomian nasional, Bhinneka.Com meluncurkan Gerakan #BangkitLagi. Program yang dimulai sejak1 Juni lalu ini dapat memberikan kesempatan bagi UMKM Indonesia untuk memperluas pasar produk-produk lokal berkualitas ke korporasi hingga institusi pemerintah.
Gerakan ini memberikan wadah bagi para pelaku UMKM yang tergabung sebagai merchant di marketplace Bhinneka.Com untuk bergabung dalam aplikasi Belanja Pengadaan (Bela Pengadaan) oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP). Kesempatan ini dapat membuka ke pasar yang lebih luas bagi UMKM dengan volume yang lebih besar. Sebagai persyaratan, para pelaku UMKM juga harus tertib administrasi, salah satunya harus memiliki NPWP.
“Semua berjalan selaras, karena secara teknis semua UMKM Merchant Bhinneka.Com dengan pendapatan kurang dari Rp2,5 miliar per tahun mendapatkan akses memasarkan langsung ke pemerintah. Namun, tidak langsung diterjunkan begitu saja, karena Bhinneka.Com akan memberikan pendampingan penguatan strategi pemasaran agar mampu bersaing,” ujar CEO & Founder Bhinneka.Com, Hendrik Tio di Jakarta. (2/6)
Adapun keuntungan lain yang didapat para Merchant UMKM Bhinneka.Com yakni akses teknologi yang mempermudah pengelolaan toko-toko online di berbagai marketplace lainnya. Melalui teknologi Crinoid yang digunakan Bhinneka.Com, pengaturan stok, pengaturan harga hingga promo di berbagai lapak digital bisa dikelola dengan efisien, terutama bagi usaha rintisan.
Dalam ekosistem Bhinneka, produk telah terintegrasi dengan baik mulai dari bahan mentah hingga produk jadi. Selain itu, UMKM tidak hanya sekedar dapat menjual produk listing, tetapi juga akan dibantu oleh tim sales Bhinneka yang akan menawarkan (cross selling) produk milik UMKM ke seluruh pelanggan korporasi dan institusi pemerintah jaringan Bhinneka.
Para pelaku UMKM ini juga akan memperoleh gratis biaya instalasi senilai Rp3,5 juta yang berlaku sekali per aktivasi. Selanjutnya, biaya layanan mendapat diskon hingga 80% atau dikenakan per transaksi mulai dari Rp 300.
Para merchant UMKM juga akan mendapatkan bantuan modal B2B dari mitra penggerak finansial Bhinneka.Com mencapai Rp10 juta hingga Rp2 miliar melalui mitra seperti Akseleran, Avantee, dan Duha Syariah untuk pendanaan bebas riba.
Berbagai kemudahan ini dapat membantu UMKM di era ketidakpastian bisnis akibat pandemi seperti sekarang. Oleh karenanya, mendaftar sebagai merchant Bhinneka.Com dapat menjadi salah satu solusi strategi bertahan UMKM.