Garap Perbankan Digital, Stanchart Dikabarkan Suntik Bukalapak Rp2,8 T
Unicorn e-commerce, Bukalapak dikabarkan meraih pendanaan US$ 200 juta atau sekitar Rp 2,8 triliun dari Standard Chartered Plc. Kedua perusahaan juga menjalin kerja sama strategis untuk menyediakan layanan finansial di Indonesia.
“Investor terdahulu, Naver Corp. dan Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund juga hampir menandatangani kesepakatan untuk pendanaan tambahan,” kata sumber Bloomberg yang mengetahui hal ini, dikutip pada Kamis (14/1).
Dana segar ini menambah uang kas Bukalapak yang sebelumnya disebut-sebut meraih investasi US$ 100 juta dari Microsoft Corp, GIC Pte dan Emtek.
Meski tidak mengonfirmasi kabar pendanaan tersebut, CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin mengatakan bahwa partisipasi Standard Chartered akan semakin memperkuat jajaran pemegang saham dan mitra strategis.
Kerja sama itu juga bakal berfokus pada layanan perbankan digital, dengan adanya solusi banking as a services, Nexus. “Kemitraan ini meningkatkan semangat kami untuk mewujudkan ekonomi yang adil di Indonesia,” kata dia dikutip dari siaran pers, Kamis (14/1).
Setidaknya ada dua fokus utama kemitraan. Pertama, menghadirkan inovasi di bidang jasa finansial dan e-commerce. Keduanya bakal menawarkan berbagai layanan keuangan inovatif melalui ekosistem Bukalapak.
Kedua, mendorong inklusi keuangan di Indonesia. Apalagi, Bukalapak memiliki 100 juta pengguna dan 13,5 juta pelaku UMKM.
“Kami yakin kemitraan dengan salah satu unicorn pertama dan pemain e-commerce terkemuka di Indonesia ini memungkinkan kami menciptakan solusi yang mendorong inklusi keuangan di Indonesia,” kata Cluster CEO, Indonesia & ASEAN Markets (Australia, Brunei & the Philippines) Standard Chartered Andrew Chia.
Standard Chartered memang aktif mengembangkan model bisnis baru. Salah satunya nexus, yang berfokus memenuhi kebutuhan klien. Perusahaan juga baru saja meluncurkan Mox, bank virtual di Hong Kong.
Selain itu, berencana meluncurkan kustodian aset digital tingkat institusi Zodia, bermitra dengan Northern Trust. Kemudian, menyediakan platform terbuka digital secara komersial Solv di India.
Sedangkan Bukalapak mencatatkan nilai transaksi tumbuh tiga kali lipat dalam dua tahun terakhir. Pada periode yang sama, pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi alias EBITDA tumbuh 80%.
Pada tahun lalu, startup jumbo itu mencatatkan nilai transaksi bisnis marketplace tumbuh lebih dari 130% secara tahunan (year on year/yoy). Sedangkan transaksi layanan O2O Mitra Bukalapak naik hingga 100%, dengan jumlah mitra yang meningkat 30%.
Bukalapak menargetkan bisnis tumbuh 40-50% pada tahun ini. Target ini dengan mempertimbangkan perekonomian di tengah pandemi corona.