Target Untung, Bukalapak Terapkan Satu Tarif Bagi UMKM Mulai Hari Ini
Perusahaan e-commerce, Bukalapak menargetkan pertumbuhan jangka panjang dan meraup keuntungan. Salah satu caranya dengan menerapkan satu tarif bagi penjual yakni 0,5% yang berlaku mulai hari ini (11/1).
CEO Bukalapak Rachmat Kaimudin mengklaim, 0,5% merupakan tarif termurah yang diberikan oleh perusahaan e-commerce terhadap pelanggan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). “Kami berharap inisiatif ini memudahkan UMKM Indonesia menjadi SuperSeller,” kata dia melalui surat kepada media, Minggu (10/1).
Saat ini, unicorn Tanah Air itu menggaet lebih dari 13 juta UMKM. Sebanyak 6,5 juta di antaranya pelapak online, sementara tujuh juta merupakan warung dan agen Mitra Bukalapak.
“Kami ingin terus tumbuh dalam jangka panjang. Kami merasa bahwa cara terbaik untuk melakukan itu yakni dengan menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan ‘path to profitability’,” ujar Rachmat.
Untuk mencapai target tersebut, Bukalapak berfokus mengembangkan teknologi dan berinovasi. Unicorn ini pun membangun platform inklusif melalui marketplace dan aplikasi online-to-offline (O2O) Mitra Bukalapak.
Selain itu, perusahaan meluncurkan unit bisnis di bidang teknologi finansial (fintech) dan Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) yakni Buka Investasi Bersama (BIB) pada Oktober 2020. Lalu, menyediakan layanan agregator pengiriman barang, BukaSend.
Kemudian, menggandeng startup Justika untuk menyediakan layanan konsultasi hukum hingga pendampingan. Lalu, meluncurkan fitur pencarian hunian, BukaRumah dan menggaet HappyFresh untuk menyediakan bahan pokok melalui fitur Groceries.
Yang terbaru, Bukalapak menyediakan program turnamen gim melalui kemitraan dengan Maingame.com. Setidaknya ada tujuh layanan vertikal baru Bukalapak.
Meski begitu, “kami menyadari bahwa yang kami ingin wujudkan bukanlah monopoli, melainkan inklusi,” kata Rachmat.
Selain membangun platform yang konsepnya mirip aplikasi super atau superapp seperti Gojek dan Grab, Bukalapak berfokus menyasar konsumen di kota level atau tier dua untuk meraup profit. Ini karena mayoritas transaksi terjadi di luar lima kota besar.
Nilai transaksi di Bukalapak tumbuh tiga kali lipat dalam dua tahun terakhir. Pada periode yang sama, pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi alias EBITDA tumbuh 80%.
Pada tahun lalu, startup jumbo itu mencatatkan nilai transaksi bisnis marketplace tumbuh lebih dari 130% secara tahunan (year on year/yoy). Sedangkan transaksi layanan O2O Mitra Bukalapak naik hingga 100%, dengan jumlah mitra yang meningkat 30%.
"Proyeksi kenaikan, kami mengikuti tren ekonomi. Pertumbuhan 40-50% bisnis secara keseluruhan semoga bisa tercapai," kata Rachmat saat konferensi pers virtual bertajuk ‘Berkembang Bersama Bukalapak’, pekan lalu (6/1).