IPO Bukalapak Dikabarkan Bidik Dana Rp 11,2 Triliun pada Agustus
Perusahaan e-commerce, Bukalapak dikabarkan menargetkan US$ 800 juta atau sekitar Rp 11,2 triliun lewat penjualan saham perdana ke publik alias IPO pada Agustus. Lewat IPO Bukalapak, unicorn ini disebut-sebut menargetkan valuasi hingga US$ 5 miliar.
Kabar tersebut disampaikan oleh dua sumber Reuters yang mengetahui masalah itu. “Bukalapak menargetkan untuk menjual 10%-15% saham,” kata sumber dikutip dari Reuters, Rabu malam (16/6).
Dengan begitu, unicorn Tanah Air itu menargetkan valuasi US$ 4 miliar sampai US$ 5 miliar setelah IPO.
Dalam prospektus perusahaan yang diajukan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), hasil penawaran diperkirakan US$ 500 juta sampai US$ 800 juta. “Ini tergantung pada permintaan investor dan kondisi pasar,” ujar sumber yang tidak berwenang untuk berbicara tentang masalah itu sehingga menolak disebutkan namanya.
Sebelumnya, Elang Mahkota Teknologi atau Emtek mengonfirmasi bahwa Bukalapak mencari pendanaan melalui pasar modal Tanah Air. Emtek memiliki saham di Bukalapak melalui anak usaha, Kreatif Media Karya.
"Kami merencanakan kalau bisa (IPO) sekitar Agustus. Ini kalau semua proses berjalan dengan baik di OJK dan BEI," kata Sekretaris Perusahaan Emtek Titi Maria Rusli saat paparan publik di kantor, Jakarta, tiga pekan lalu (3/6).
Bukalapak juga disebut-sebut mengkaji IPO di AS lewat perusahaan akuisisi tujuan khusus (SPAC). Unicorn ini pun dikabarkan menunggu dan melihat (wait and see) proses pengajuan IPO Grab.
Grab membeli 4,6% saham Emtek lewat pembelian saham baru tanpa hak memesan efek terlebih dahulu alias private placement, melalui H Holdings. Emtek merupakan salah satu pemegang saham Bukalapak.
“Tetapi sekarang (Bukalapak) hanya berfokus pada IPO,” kata salah satu sumber.
Sebelumnya, Perwakilan Bukalapak juga tidak berkomentar mengenai rumor akan IPO di AS maupun mengkaji proses pencatatan saham Grab lewat SPAC. Ia hanya menyampaikan bahwa perusahaan selalu mengeksplorasi kesempatan untuk terus bertumbuh dan berkembang secara finansial.
“Untuk saat ini, kami belum membuat keputusan apapun. Fokus kami saat ini yaitu terus mencari strategi yang tepat untuk menjadi perusahaan yang berkelanjutan dan menciptakan nilai tambah bagi para partner dan pengguna ke depan,” kata dia kepada Katadata.co.id, dua pekan lalu (3/6).