TikTok Hapus 104,5 Juta Konten dalam Enam Bulan, Mayoritas Pornografi
Perusahaan asal Tiongkok, ByteDance menghapus 104,5, juta konten di aplikasi TikTok pada semester pertama tahun ini. Sebanyak 30,9% di antaranya terkait pornografi.
Lalu 22,3% terkait keamanan dan 19,6% aktivitas ilegal. Selain itu, 1.800 di antaranya dihapus karena ada permintaan hukum dan 10.600 lainnya terkait hak cipta.
Kategori lain yang dihapus karena merupakan konten bunuh diri, kekerasan hingga ujaran kebencian.
Konten yang paling banyak dihapus di India, yakni 37,7 juta. Disusul Amerika Serikat (AS) 9,8 juta video, mayoritas memuat ujaran kebencian dan hoaks.
Jumlah video yang dihapus selama semester pertama ini melonjak dua kali lipat secara tahunan (year on year/yoy). Perusahaan mengatakan, kenaikan ini sejalan dengan meningkatnya jumlah konten yang diunggah.
Porsi video yang dihapus pun hanya sekitar 1% dari total konten yang diunggah. "Kami mengandalkan teknologi untuk mendeteksi dan secara otomatis menghapus konten yang melanggar," kata TikTok dikutip dari TechCrunch, kemarin (22/9).
Perusahaan asal Tiongkok itu memang meluncurkan infrastruktur moderasi konten baru pada akhir tahun lalu. Ini memungkinkan perusahaan untuk lebih transparan dalam memberikan alasan video dihapus.
"Saat video melanggar pedoman komunitas, konten itu akan diberi label dan dihapus," ujar TikTok.
Perusahaan juga baru-baru ini mengusulkan koalisi global perusahaan media sosial untuk mengidentifikasi awal saat menghapus konten yang melanggar. Sebab, media sosial mulai dikritik atas penyebaran hoaks hingga keamanan data pengguna.
Aplikasi besutan ByteDance itu telah mengirim surat kepada sembilan perusahaan untuk membuat nota kesepahaman tentang moderasi konten. "Kami menyadari perlunya pengaturan negosiasi semacam itu untuk didefinisikan secara jelas terkait jenis konten," kata Head of TikTok Vanessa Pappas dalam memo.
Koalisi itu sebagai bagian dari upaya TikTok untuk mengatasi kekhawatiran terkait keamanan data pengguna. Sebab, perusahaan sedang menghadapi tekanan politik dari pertentangan antara Tiongkok dan AS.
Perusahaan pun berencana membuat anak usaha, TikTok Global dan menawarkan saham perdana atau IPO di AS untuk meminimalkan tekanan tersebut. Apalagi ada 100 juta pengguna TikTok di Negeri Paman Sam.
Sedangkan riset Priori Data menunjukkan bahwa aplikasi itu diunduh 45,6 juta kali di AS per pertengahan tahun ini, sebagaimana Databoks berikut:
Secara global, pengguna aktif bulanan (monthly active users/MAU) TikTok hampir mencapai 700 juta per Juli. Jumlah unduhan aplikasi pun menembus dua miliar kali pada bulan ini.
Jumlah pengguna aktif bulanan TikTok terus meningkat dibandingkan awal kehadirannya, yang hanya 55 juta pada Januari 2018. Jumlahnya melonjak menjadi 271,2 juta pada akhir 2018.
Lalu meningkat lagi menjadi 507,6 juta pada akhir tahun lalu.
Meski begitu, jumlahnya masih tertinggal dibandingkan Facebook yang memiliki sekitar 2,7 miliar pengguna aktif bulanan secara global. Jumlah ini mencakup platform Facebook, Facebook Messenger, Instagram, dan WhatsApp.
Sedangkan berdasarkan data Statistita, jumlah pengguna aktif bulanan Instagram menyentuh 1 miliar pada Juni 2018.