Google Chrome Paling Populer di Tiongkok, tapi Terancam Diblokir
Layanan penelusuran atau browser, Google Chrome paling sering digunakan di Tiongkok. Namun, pemerintah Negeri Panda disebut-sebut mengincar Google dan Apple terkait perseteruan dengan Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data dari perusahaan layanan web asal Tiongkok, Baidu, pangsa pasar Google Chrome 36-39% tahun ini.
Sedangkan data StatCounter menunjukkan, Google Chrome menguasai 44,5% pasar Negeri Tirai Bambu per September. Browser domestik seperti UC Browser menggaet 14,2% dan milik Tencent, QQ Browser memiliki 10% pasar.
Analis di firma riset pasar Daxue Consulting Yuwan Hu menilai, Google Chrome diminati karena kecepatan aksesnya. Selain itu, “lebih ramah pengguna,” katanya dikutip dari South China Morning Post, Senin (5/10).
Pekerja di bidang teknologi Russel Zeng memilih untuk menggunakan Google Chrome, karena layanan ekstensinya mudah dipasang dan digunakan. "Saya mengalami kesulitan saat memasang ekstensi di Safari dan QQ Browser,” kata dia.
Ia biasanya menggunakan ekstensi FireShot di Google Chrome untuk mencuplik layar. Selain itu, memakai ekstensi Gramerly untuk memeriksa ejaan bahasa Inggris.
Mantan direktur komunikasi internasional di Baidu Kaiser Kuo menilai, popularitas Google Chrome sejalan dengan selera konsumen di Tiongkok. “Mereka menginginkan toko serba ada dengan kapasitas maksimum,” katanya. Sedangkan Google menawarkan banyak layanan, termasuk Chrome.
Faktor-faktor tersebut yang membuat Google Chrome diminati, meski berhadapan dengan banyak pesaing seperti QQ Browser, UC Browser, Microsoft, dan Mozilla. Bahkan, produsen ponsel seperti Xiaomi dan Oppo menyematkan platform pencarian sendiri.
Selain persaingan, layanan Google sudah diblokir di beberapa wilayah di Tiongkok. Namun, pengguna tetap bisa mengaksesnya menggunakan jaringan pribadi virtual (Virtual Private Network/VPN).
Meski begitu, layanan Google terancam diblokir oleh pemerintah Tiongkok. Isu ini muncul di tengah memanasnya hubungan Beijing dan Washington, D.C., terkait TikTok dan WeChat.
Presiden Donald Trump mengeluarkan kebijakan untuk memblokir kedua aplikasi buatan Negeri Tirai Bambu tersebut. Walaupun hal ini ditolak oleh beberapa hakim di AS.
Media yang didukung pemerintah Tiongkok melaporkan bahwa Google dan Apple terancam masuk daftar ‘entitas yang tidak dapat diandalkan’ atau diangap membahayakan keamanan negara. Perusahaan yang masuk daftar akan dilarang berinvestasi atau berdagang dengan pasar Negeri Panda, baik impor maupun ekspor.
"Selalu ada risiko balas dendam. Menempatkan perusahaan AS terkenal seperti Apple di garis bidik," kata Wakil Presiden IDC Bryan Ma, dikutip dari Washington Post, September lalu (20/9).
Saat ini, pemerintah Tiongkok telah menginvestigasi dan memberlakukan pembatasan pada perusahaan AS seperti Qualcomm, Cisco hingga Apple. Pemerintah juga menangguhkan pembelian pesawat dari Boeing.