Temukan Serangan Malware, WhatsApp Imbau Penggunanya Perbarui Aplikasi
Aplikasi media sosial WhatsApp temukan serangan malware (spyware) yang dapat menginfeksi ponsel lewat fungsi panggilan suara tak dikenal. Karena itu, platform media sosial tersebut mengimbau para penggunanya untuk memperbarui aplikasi WhatsApp ke versi terbarunya.
WhatsApp menyebut pembaruan aplikasi betujuan untuk melindungi pengguna terhadap potensi eksploitasi yang ditargetkan pada informasi yang tersimpan di perangkat seluler mereka. “Perusahaan kami juga terus bekerja sama dengan mitra industri kami untuk menyediakan peningkatan keamanan terbaru untuk melindungi pengguna," ujar seorang juru bicara Whatsapp seperti dilansir Investing.com, Selasa (14/5).
Financial Times melaporkan, kerentanan di Whatsapp memungkinkan penyerang menyuntikkan spyware pada ponsel dengan menargetkan pengguna melalui panggilan telepon di aplikasi tersebut. Adapun, spyware tersebut diduga merupakan kode yang dikembangkan oleh perusahaan pengawasan cyber Israel, NSO Group.
(Baca: Dianggap Monopoli, Facebook Diminta Lepas Instagram dan WhatsApp)
Sementara, NSO mengatakan akan menyelidiki penyalahgunaan perangkat mereka termasuk dengan memastikan sistem yang ada. Perusahaan itu memastikan, dalam situasi apapun perusahaannya tidak akan terlibat dalam pengoperasian atau identifikasi target menggunakan teknologinya, kecuali semata-mata dioperasikan oleh badan intelijen dan penegak hukum.
Menurut Reuters, salah satu target dari kasus serangan di WhatsApp tersebut adalah seorang pengacara hak asasi manusia di Inggris. Pria tersebut mengatakan bahwa serangan terhadap dirinya terjadi pada hari Minggu setelah WhatsApp mengeluarkan pembaruannya, namun ia tidak berhasil melakukannya.
Adapun, pengacara itu dilaporkan membantu seorang pembangkang Saudi dan beberapa wartawan Meksiko dalam mengajukan kasus-kasus perdata terhadap NSO Group atas dugaan perannya dalam menjual alat peretasan kepada pemerintah Saudi dan Meksiko, yang mereka duga digunakan untuk meretas ponsel mereka.
(Baca: Gangguan Atas Facebook, Instagram, dan Whatsapp Terjadi di Tiga Benua)
Tercatat, saat ini ada empat kasus hukum yang melibatkan NSO Group, yakni tiga kasus di Israel dan satu kasus di Siprus. NSO dituntut atas kerusakan yang diduga disebabkan oleh penjualan alat-alatnya, meski menurut perusahaan itu hanya dijual kepada penegak hukum dan badan intelijen yang mengejar target yang sah, seperti teroris dan penjahat.
WhatsApp mengatakan bahwa perusahaannya sangat prihatin dengan penyalahgunaan teknologi tersebut dan mereka percaya bahwa para aktivis hak asasi manusia mungkin menjadi target serangan tersebut.
“Kami bekerja dengan kelompok-kelompok hak asasi manusia untuk belajar sebanyak mungkin tentang siapa yang mungkin terkena dampak dari komunitas mereka (penyerang spyware). Itu adalah perhatian utama kami adalah,” ujar juru bicara WhatsApp.
(Baca: Jelang Pemilu, WhatsApp Gandeng Mafindo Rilis Saluran Pelaporan Hoaks)