Bantah Riset Spire, Gojek dan Grab Sebut Aplikasinya Lebih Aman

Desy Setyowati
Oleh Desy Setyowati - Cindy Mutia Annur
30 Januari 2019, 19:07
Grab
KATADATA | Ajeng Dinar Ulfiana
Driver Grab memarkirkan motornya di parkiran khusus Grab , Mall FX, Jakarta Selatan (22/11).

(Baca: Saingi Gojek, Grab Gandeng Hooq Merambah Bisnis Hiburan)

Keempat, fitur otentikasi mitra pengemudi yang diluncurkan pada Agustus 2018,. Melalui fitur ini, para mitra pengemudi wajib untuk mengambil dan mengunggah swafotonya sebelum memulai atau meneruskan perjalanan guna memastikan bahwa hanya pengemudi yang terverifikasi yang menggunakan akun tersebut.

Kelima, validasi manual. Caranya, Grab memeriksa seluruh dokumen fisik seperti Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Izin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), dan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) sebelum merekrut mitra pengemudi.

"Kami akan terus meluncurkan fitur maupun program baru dalam upaya kami melindungi pendapatan mitra pengemudi yang jujur dan mengutamakan keselamatan penumpang," ujar dia.

Sebelumnya, perusahaan riset Jepang, Spire Research and Consulting menyatakan bahwa kecurangan di aplikasi Gojek bisa mencapai 30% dari total pesanan. Prosentase tersebut lebih tinggi ketimbang Grab yang hanya 5%. Namun, survei kualitatif hanya melibatkan 40 pengemudi dan 280 konsumen di Jakarta, Surabaya, Medan, dan Bandung pada November-Desember 2018. 

(Baca: Disuntik Modal Rp 12,9 Triliun, Go-Jek Segera Sandang Status Decacorn)

Dalam riset tersebut, modus kecurangan yang dilakukan mitra pengemudi beragam, mulai dari lokasi palsu (fake GPS), mark up atau menaikkan harga untuk layanan makanan seperti GrabFood atau Go-Food, aplikasi modifikasi (mod apps), order fiktif, hingga bekerja sama dengan pihak ketiga agar menjadi mitra prioritas.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati
Editor: Pingit Aria
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami